blank
Taman kota. Foto: Dok/Freepik

Taman Kota

Saat ini banyak pemerintah daerah yang membangun taman-taman kota di banyak Provinsi di Indonesia. Akan tetapi apa yang dilakukan nampaknya belum sepadan dan masih terbatas sebagai usaha untuk menghidupkan tempat-tempat yang kurang terurus dan nampak terbengkalai dan kurang sedap dipandang mata. Di satu sisi mereka mencoba memanfaatkan tanah-tanah milik Pemkot atau Pemkab yang dapat dimanfaatkan menjadi tempat warga penduduk sekitar bertemu, bercengkrama atau berolahraga bersama.

Namun usaha yang dilakukan sepertinya lebih cocok disebut hanya ingin menata atau mempercantik daerah yang relatif tidak begitu luas dan lokasi yang kurang strategis agar menjadi bersih dan tidak kumuh. Jadi jangan disamakan pembangunan taman kota kita dibayangkan seperti kota-kota besar di dunia. Karena sejatinya taman kota yang dimaksud oleh warga tersebut tidak lain adalah bagaimana merapikan, menanam dengan tanaman apotek hidup atau hanya sekedar membuat tempat mainan anak-anak, sehingga apabila ada warga masyarakat kebetulan berjalan-jalan di kampungnya dapat beristirahat atau bertegur sapa dengan warga lainnya.

Dengan demikian pemanfaatan ruang atau tempat terbuka hijau sebenarnya belum seperti konsep sesungguhnya taman kota yang ada di kota-kota besar di dunia.
Hadirnya taman-taman kota yang sesungguhnya di sekitar kita adalah dambaan masyarakat atau warga masyarakat, namun kondisi “socio economy” warga yang belum memungkinkan ditambah lagi literasi tentang pentingnya lingkungan hidup yang berkelanjutan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan kesatuan pembangunan suatu bangsa dan negara yang masih terus perlu ditingkatkan.

Sebuah konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang terus-menerus harus dilakukan dan galakkan agar kehadiran manusia-manusia unggul penghuni di dalamnya akan menjadi penentu keberhasilannya.

Contoh nyata akan kualitas sumber daya manusia penghuni suatu negara adalah faktor penentu keberhasilan dan kejayaan bangsa tersebut adalah Jepang dan Korea Selatan. Dua contoh negara dengan kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang minim dan terbatas, namun kualitas sumber daya manusia yang unggul ditambah lagi dengan budaya tinggi terhadap kedisiplinan dan kerja keras, serta cinta akan nasionalisme telah berhasil dikapitalisasi menjadi modal dasar yang luar biasa dalam membangun “Nation Character Building” yang jadi rujukan dan fondasi kokoh untuk kejayaan dan kemakmuran warga bangsanya.

Sumber Daya Manusia

Lingkungan hidup yang baik tidak terlepas dari kualitas manusia yang menghuni lingkungan alam dimana negara itu berada. Bahkan kualitas kemajuan suatu bangsa sejatinya tidak ditentukan atau digambarkan oleh pembangunan gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi, tetapi justru ditandai dari hal-hal klasik seperti bagaimana keadaan air, udara dan tanah yang senantiasa hadir tanpa polusi. Mereka merasa nyaman dan terlindungi dari ancaman-ancaman baik berupa psikis dan fisik serta merdeka dalam berpendapat dan bebas bersuara dalam norma dan kaidah yang berlaku.

Kebebasan berpendapat dan berucap adalah jaminan kebebasan serta hak asasi manusia yang bersifat universal dan berlaku di seantero planet bumi. Namun hal itu sifatnya mengikat pada setiap insan yang mempercayainya. Dalam arti luas kebebasan juga tidak boleh berdampak negatif terhadap kelangsungan makhluk hidup penghuni bumi ini. Itulah sebabnya manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang tinggal di bumi menjadi kunci penentu bagaimana keadaan bumi. Semakin bebas dari segala bentuk polusi atau sebaliknya tambah tidak terkendali keadaannya, keadaan atmosfer bumi semakin panas seperti sekarang ini, dan mungkin akan tambah parah dikelak-kemudian hari.

Untuk itu segala bentuk kemajuan teknologi dan capaian manusia di planet bumi harus dipastikan juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan yang sekarang kita tempati dan pinjam dari anak cucu.

Semoga dengan bukti nyata kondisi lingkungan sekarang ini, dimana cuaca ekstrem terjadi dibeberapa benua di permukaan bumi akan tambah menyadarkan kita betapa mendesaknya manusia untuk turut serta dalam penyelamatan dan pelestarian alam agar generasi yang akan datang bisa tetap nyaman dan aman menempati NKRI. Hak dan wewenang yang mereka miliki harus dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi rumah kaca, agar kondisi lingkungan dapat menjadi asri untuk dihuni semua makhluk hidup di Bumi Pertiwi ini. Insya Allah…

Suranto Tjiptowibisono (Ketua Dewan Profesor UNS)