Warga melepas lampion di zona 1 Candi Borobudur, Kamis (23/5/24) malam. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Puncak perayaan Waisak Nasional 2568 BE / tahun 2024 pada 23 Mei 2024 di Lapangan Marga Utama, Candi Borobudur, berlangsung dengan indah, diwarnai festival lampion yang diorganisir oleh Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI). Adapun sebelum melepas lampion, umat melakukan sesi meditasi terlebih dahulu, dibimbing oleh Bhikkhu Sangha, setelah itu umat diperlihatkan tata cara melepaskan lampion.

Lampion yang dilepaskan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan dan akan terurai habis seluruh bahannya setelah melayang di udara, sehingga tidak menimbulkan limbah apa pun di lingkungan. Terbukti pelepasan lampion Waisak tahun 2023 tidak ada klaim asuransi atau aduan masyarakat. Panitia telah mengantisipasi, seperti mempersiapkan asuransi, pemadam kebakaran, mobil ambulans dan lainnya.

Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting yakni kelahiran Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta Buddha Gautama parinibbana (wafat). Adapun detik-detik Waisak jatuh pada hari Kamis (23 Mei 2024) pukul 20.52.42 WIB. Tema Waisak Nasional tahun ini adalah: Untuk hidup bahagia sebagai makhluk dan manusia, marilah kita meningkatkan kesadaran yang diajarkan oleh Sang Buddha. Sub-temanya: Hindarilah keserakahan duniawi, kebodohan, kemarahan dan kebencian.

Koordinator Lampion Waisak Nasional 2568 BE/2024, yang juga Ketua Umum Wanita Buddha Mahanikaya Indonesia, Ny Fatmawati, menuturkan, pelepasan Lampion Waisak merupakan acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Pelepasan lampion itu sudah menjadi ikon Waisak Nasional di Candi Borobudur. “Setiap tahunnya, masyarakat dari seluruh Indonesia dan mancanegara, baik umat Buddha yang melakukan ritual maupun turis, hadir ke Candi Borobudur untuk ikut acara atau menyaksikan pelepasan lampion yang merupakan simbol penerangan, kedamaian batin, ketenangan, kebahagiaan, dan tercapainya harapan, doa, cita-cita yang baik serta impian peserta yang ditulis khusus pada stiker yang dapat diterbangkan bersama lampionnya,” katanya.

Disebutkan, tahun ini ada dua sesi pelepasan lampion untuk mengakomodir tingginya minat masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pelepasan lampion. Sesi 1 pukul 19.00-21.00 dan sesi 2 pukul 21.30-22.30 WIB.

Terpisah, Bhikkhu Dhammavuddho, menuturkan, menjelang detik-detik Waisak, para pimpinan majelis, rohaniawan, melakukan doa-doa secara bergantian. Itu sebagai wujud harmonisasi sektarian dalam agama Buddha. Adapun renungan detik-detik Waisak disampaikan Maha Bhiksu Dutawira Mahasawira

Menurut pengamatan dia, peserta tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu. Hal itu mungkin pengaruh cuaca pada malam hari. Orang-orang berkumpul untuk duduk bersama di Borobudur dengan nyaman. “Walau beberapa kali gerimis, tetapi animo masyarakat tetap tinggi dan mereka bertahan untuk melakukan ibadah,” katanya.

Harapan dia, semoga umatnya semakin semangat untuk menjalankan ajaran Buddha. Karena dengan mempraktikkan, membuat umat sempurna. Kalau tidak pernah mempraktikkan ajaran agama, maka kita akan susah untuk sempurna.

“Padahal kalau tidak sempurna akan kurang bahagia menjadi pribadi dalam bermasyarakat dan berbangsa,” tuturnya.

Eko Priyono