KUDUS (SUARABARU.ID) – SMAN 1 Kudus mengadakan seminar kearifan lokal masyarakat,di out door yang diikuti sekitar 500 siswa dan 15 guru.
“Kearifan lokal merupakan hasil pemikiran kolektif suatu masyarakat bernilai positif dan konstruktif serta luhur yang teruji oleh waktu. Nilai itu mengkristal menjadi tradisi, norma, etika, nilai yang dipercaya dan diaktualisasikan dalam perilaku oleh masyarakat pemiliknya,” tandas Dr. Drs. Mohammad Kanzunnudin, M.Pd. narasumber dalam seminar.
Mohammad Kanzunnudin, yang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, menyatakan hal yang berkaitan dengan nilai kearifan atau local wisdom, yakni local knowledge atau pengetahuan lokal yang segala sesuatu yang terkait dengan bentuk-bentuk tradisional (lokal), baik itu suatu kegiatan atau pun hasil suatu karya yang biasanya didasarkan pada suatu kebudayaan tertentu.
Kedua, kecerdasan lokal atau local genius sebagai keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat (bangsa) sebagai hasil pengalaman mereka pada masa lampau.
Kanzunnudin yang juga sebagai trainer Neuro Linguistic Programming (NLP), menjelaskan bentuk, bentuk kearifan lokal itu ada tiga, lisan, setengah lisan, dan nonlisan.
Contoh yang bentuk lisan, seperti cerita rakyat, puisi rakyat, dan nyayian rakyat. Bentuk setengah lisan contohnya tradisi dengan berbagai wujud upacaranya atau ritus-ritusnya.
Adapun nonlisan pada umumnya diwujudkan dalam bentuk karya, seperti artsitektur atau bangunan kuno, kuliner, dan sejenisnya.
Lebih lanjut Kanzunnudin sebagai penulis buku “Cerita Rakyat Pesisir Timur” dan telah meneliti nilai kearifan lokal dan nilai karakter cerita rakyat di kabupaten Jepara, Kudus, Pati, dan Rembang, mengungkapkan bahwa nilai kearifan lokal memiliki dimensi kedamaian dan kesejahteraan. Dan setiap dimensi mengandung beberapa aspek nilai.
Dimensi kedamaian menciptakan kedamaian, seperti nilai kesopansantunan, kejujuran, (3) kesetiakawanan sosial, dan kerukunan dan penyelesaian konflik.
Dimensi kesejahteraan bertujuan meningkatkan kesejahteraan mengandung memiliki nilai, di antaranya disiplin, kerja keras, pendidikan, kesehatan, gotong royong, dan pengelolaan gender.
Dalam seminar, Kanzunnudin juga memaparkan, kota Kudus sebagai kota terkecil di Jawa Tengah, kaya kearifan lokal. Banyak memiliki cerita lisan seperti cerita Dewi Nawangsih dan Bagus Rinangku di Desa Kandangmas, Sultan Hadlirin di Loram Kulon, dan Cerita Bulusan.
Cerita rakyat setengah lisan, ada tradisi Buka Luwur Sunan Kudus, Ngirim Bulus, Buka Luwur Sunan Muria, Dandangan, dan Ampyang Maulud. Sedang kearifan lokal nonlisan ada arsitektur Menara Kudus, gebyok, kuliner lentog, Joglo Pencu, dan Gapura Masjid Wali Loram Kulon yang menjadi cagar budaya.
Di sesi dialog, banyak siswa bertanya berkaitan bagaimana agar generasi Now mencintai dan melestarikan serta mengembangkan nilai keraifan lokal, strategi apa yang dapat dimainkan dalam menyebarluaskan kearifan lokal dalam era digital, dan bagaimana kaitannya nilai kearifan lokal dengan karakter dan identitas bangsa.
Suasana seminar sangat menarik karena banyak siswa sebagai generasi now yang bertanya, mengemukakan pendapat. Bahkan ada sebagaian siswa sudah mengenal dan memahami bentuk kearifan lokal yang ada di desanya.
Seminar budaya kearifan lokal Kabupaten Kudus diadakan SMAN 1 Kudus dalam rangka implementasi kurikulum merdeka dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5.
wied