blank
Samuel Wattimena (kiri) berbincang dengan salah satu pedagang, menanyakan tentang harga-harga kebutuhan pokok. Foto: riyan

SALATIGA (SUARABARU.ID)– Perancang busana kenamaan yang namanya tersohor di semua penjuru Indonesia, Samuel Wattimena, melakukan aksi yang tidak biasa. Bila biasanya dia menggelar peragaan busana di hotel atau tempat khusus, namun kini Bang Sam, sapaan akrabnya, menggelar di sebuah pasar.

Ya, tepatnya di Pasar Blauran 2, Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Minggu (14/1/2024), Bang Sam menggelar kegiatan itu bersama Ketua DPRD Kota Salatiga, Dance Ishak Palit, yang juga politisi PDIP.

Selain berbaur dengan emak-emak pedagang pasar, Staf Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak itu, juga memberikan tantangan pada emak-emak pedagang pasar, agar mereka berani tampil dalam peragaan busana itu.

BACA JUGA: Kapolda Jateng Resmikan 12 Bangunan Baru, Tingkatkan Profesionalisme dan Layanan Masyarakat

Gayung pun bersambut, para bakul aneka sayuran dan hasil kebun itu, merespons dengan antusias. Selasar di los pasar berukuran 1,5×30 meter pun, disulap layaknya catwalk, dan dikemas dalam acara berlabel Pasar Bergaya.

Setidaknya ada 16 pedagang yang tampil dalam fashion show itu, bersama puluhan kader Departemen Wanita PDIP Salatiga, model pelajar, dan komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.

Suasana heboh setiap kali emak-emak pedagang itu berakting dan bergaya. Acara makin hidup, dengan iringan musik yang mengusung lagu-lagu karya Ismail Marzuki yang diaransemen ulang.

BACA JUGA: Masyarakat Kebumen Dukung 2024 “Zero” Knalpot Brong

Di acara ini, Bang Samuel menggandeng tiga desainer kondang, Zoe Zoe by Sudarna Suwarsa (Semarang), Tya Chandra (Salatiga), dan Yoyo Prasetyo (Jakarta). Kolaborasi empat desainer top itu, memamerkan total 25 busana yang berbahan wastra Nusantara, seperti tenun troso ataupun lurik.

”Saya sangat bangga dan senang, bagaimana para pedagang ini sangat percaya diri tampil di hadapan banyak orang. Mungkin mereka merasa pasar adalah rumahnya sendiri. Lain halnya kalau tampil di hotel,” kata desainer yang pernah menjadi komentator ajang pencarian bakat Dangdut Academy 3, dan Liga Dangdut Indosiar itu.

Ditambahkan dia, pihaknya juga sengaja mengajak desainer muda untuk terlibat dalam pergelaran di pasar ini. Karena menurutnya, fashion itu harus bergulir dan berevolusi. Dirinya tidak ingin memonopoli, tapi harus ada regenerasi.

BACA JUGA: Tempat Karaoke Orange Kota Tegal Terbakar, 6 Orang Meninggal

blank
Salah seorang emak-emak pedagang Pasar Blauran 2, terlihat sangat percaya diri, saat berlenggak-lenggok di acara fashion show yang digelar di dalam pasar. Foto: riyan

”Dalam gagasan dan ide, masyarakat bawah boleh memperoleh kesempatan melihat secara langsung. Meski tak membeli, namun terinspirasi. Fashion itu sebetulnya penyeimbang segala kesibukan, keruwetan, dan keribetan. Bicara fashion selalu menyenangkan,” beber juara I Penampilan Kostum Terbaik di Budokan Tokyo tahun 1980 itu.

Diungkapkan juga oleh Bang Sam, tujuan dari Pasar Bergaya adalah, upaya menjauhkan masyarakat dari mimpi-mimpi menggunakan produk busana luar negeri. Disebutkan dia, Indonesia sudah menyediakan banyak wastra, dan kain-kain lokal yang sangat menarik.

”Makanya dalam show di Pasar Blauran 2 itu, kita semua menggunakan brand-brand lokal, seperti tenun troso ataupun lurik. Itu kan dekat dengan masyarakat bawah,” ujar Caleg DPR RI dari PDIP untuk Dapil Jateng 1 (Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang) itu.

BACA JUGA: Bolene Mase Relawan Gibran Konsolidasi di Empat Kecamatan di Grobogan

Bang Sam pun mengaku bersyukur, acara Pasar Bergaya di Salatiga ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Bahkan dia memperoleh ide untuk desain koleksinya, usai menyaksikan cara berpakaian para emak-emak pedagang pasar.

”Saya senang dengan terselenggaranya acara ini, karena bisa berinteraksi dengan mereka. Selain itu, dapat ide membuat desain dari cara mereka berpakaian dan apa adanya itu,” ungkap anggota Dewan Pengawas Smesco itu.

Pada kesempatan itu, juga dimanfaatkan Bang Sam untuk menyerap aspirasi para pedagang. Salah satunya mereka mengeluhkan kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok.

Riyan