blank
Lestari Moerdijat tampil secara daring, di acara yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (18/10/2023). Foto: fn

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Percepatan perdamaian Palestina-Israel harus menempatkan kesadaran, bahwa dunia yang damai memungkinkan upaya pemulihan dan kebangkitan ekonomi menuju kesejahteraan manusia.

”Perang Hamas-Israel selain menimbulkan persoalan kemanusiaan, juga berdampak pada relasi antarnegara dan perekonomian global,” kata Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat, pada sambutan tertulisnya saat diskusi daring bertema ‘Dampak Global Perang Hamas-Israel’, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (18/10/2023).

Diskusi yang dimoderatori Luthfi Assyaukanie PhD (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu, menghadirkan Prof Dr Hj Siti Ruhaini Dzuhayatin MA (Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden/KSP), Adam Mulawarman Tugio SH LLM (Duta Besar RI untuk Pakistan dan Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri RI).

BACA JUGA: Lima Siswa SMP Ihsaniyah Wakili Kota Tegal ke Lomba MAPSI Tingkat Provinsi

Ada juga Broto Wardoyo SSos MA PhD (Dosen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia) sebagai narasumber. Selain itu, hadir pula Muhammad Farhan (Anggota Komisi I DPR-RI) sebagai penanggap.

Menurut Lestari, perang dalam bentuk apa pun tidak dibenarkan. Selain merugikan kedua belah pihak, perang juga memberikan dampak signifikan pada perkembangan dunia.

Konflik di Timur Tengah, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, secara menyeluruh memberikan dampak ketakutan pada dunia, karena wilayah ini merupakan pemasok energi dan jalur pelayaran utama global.

BACA JUGA: 26 Siswa Siswi Kudus Bakal Ikuti Lomba MAPSI Tingkat SMP se-Jateng

Diakui Rerie, yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, perekonomian dengan upaya kebangkitan dan pemulihannya, menjadi salah satu kerentanan dunia global pasca-pandemi.

Selain itu, jelas anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, perekonomian dunia masih belum pulih dari inflasi, yang diperburuk konflik Rusia-Ukraina tahun lalu.

Salah satu antisipasi dalam perkembangan dunia, imbuh Rerie, adalah intersepsi kecanggihan teknologi dalam persenjataan, yang menyebabkan banyak korban berjatuhan dalam suatu konflik.

BACA JUGA: Tak Ada ‘Karpet Merah’ untuk Anak Presiden dan Wapres

”Inilah salah satu kekhawatiran di dunia modern. Dunia yang semakin kehilangan nilai dan tidak lagi menghargai kemanusiaan,” pungkas Rerie.

Sedangkan Adam Mulawarman Tugio mengungkapkan, konflik yang terjadi antara Hamas-Israel merupakan dampak dari kolonialisme yang berkepanjangan di Palestina. Dukungan Indonesia terhadap Palestina, bukan karena Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, tetapi lebih kepada tidak sepakat dengan kolonialisme.

Diungkapkan dia, saat ini Mahkamah Internasional sedang mengkaji terkait dampak hukum akibat pendudukan yang berkelanjutan di Palestina, dan Indonesia ikut dalam proses pengkajian itu.

BACA JUGA: Autovision Kenalkan Produk Anyar di Ajang GIIAS Semarang 2023

”Sebelum konflik itu terjadi, sedang berlangsung proses perbaikan hubungan antara Israel dan sejumlah negara-negara Arab. Akibat pecah perang Hamas-Israel, sejumlah upaya itupun akhirnya terhenti,” tuturnya.

Sementara itu, Broto Wardoyo berpendapat, penyelesaian konflik Palestina-Israel harus ada poin yang jelas. Utamakan dulu penyelesaian krisis, setelah itu baru tuntaskan masalah lainnya.

Disebutkannya, tidak mungkin menyelesaikan konflik di Gaza, bila tidak menyelesaikan akar permasalahannya. Bila melihat ke belakang, sebetulnya pada konflik saat ini ditemukan kondisi tingkat keparahan yang tinggi di Gaza, sejak Israel meninggalkan Gaza pada 2006.

”Karena saat ini yang berkuasa di Israel adalah pemerintahan koalisi religius garis keras, yang tidak mempertimbangkan penyelesaian konflik secara damai,” tukas dia.

Riyan