Khusus harian, bisa saja Pemkot Semarang mendirikan pasar apung di BKB, ada wisata perahu yang bisa disewa pengunjung dari pangkal bendungan Plered hingga ujung menuju laut Semarang dan memastikan jaminan keamanannya.
Penulis membayangkan Kota Semarang bisa dilalui perahu maupun kapal/perahu niaga seperti zaman kolonial dulu bahkan ada pintu air yang bisa dibuka tutup utnuk lalu-lintas transportasi sungai.
Mimpi kecil Penulis, kalau ini bisa di follow up, dikemas menarik dan atraktif disertai promosi yang gencar, maka akan menjadi magnet yang mampu menarik wisatawan lebih banyak lagi untuk berkunjung ke Kota Semarang dan Jawa Tengah. Dengan demikian akan memberi dampak positif bagi sektor perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyara-kat.
Ibarat toko, penulis berharap koleksi wisata kita berkualitas, ditangani secara profesional, penataannya yang menarik, penjualannya ramah, sopan, murah senyum dengan cara penjualan yang atraktif, sehingga mampu menggoda calon wisatawan untuk datang.
Para pemandu wisata pun akan menyambut kedatangan wisatawan baik dari bandara Ahmad Yani Semarang, Pelabuhan Tanjung Emas atau dari Bandara Adisoemarmo Solo, sambil mengucapkan “Welcome to Central Java,” menyalami mereka, mengalungi dengan bunga sambil mengumbar senyum yang ramah dan khas Jawa Tengah.
Berkelanjutan
Selanjutnya, untuk kelestarian lingkungan, kita ingin mengajak masyarakat Kota Semarang untuk merawat kebersihan BKB ini. Jangan membuang sampah rumah tangga atau Industri di kali, karena itu akan mencemari kali dan bisa mengakibatkan “Semarang Kaline banjir”. Termasuk untuk menjaga dan merawat apa-apa yang sudah dibangun di sepanjang BKB ini supaya tetap indah, bersih, tertib dan rapi.
Kesadaran untuk bersama-sama menanam dan memelihara pohon serta menjaga kebersihan di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) BKB juga harus terus dilakukan. Penanaman pohon jangan pernah berhenti dilakukan untuk mengamankan DAS. Semua itu akan berasa ringan dan menyenangkan kala ditempuh dengan cara genial, yaitu gotong royong pentahelix.
Merawat sungai, mempunyai filosofi keroyokan dan kolosal. Maka kemudian, aksi-aksi melestarikan sungai betul-betul dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Mengedukasi masyarakat untuk bergerak membersihkan sungai dan menanam pohon di kawasan sepanjang sungai, kampanye stop mengotori sungai.
Sungai yang terawat, akan menjadi sumber kehidupan. Sungai yang berfungsi dengan baik, akan bisa menjadi pusat peradaban bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Kaline resik, Atine becik, Rejekine apik.
Marjono, Warga Semarang, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah