CIANJUR (SUARABARU.ID)– Berkunjung dan menginap di desa terpencil di kaki Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat, menjadi perjalanan yang luar biasa bagi Ganjar Pranowo. Tidak hanya kunjungan biasa, dia datang untuk menjalankan salah satu program andalannya, hilirisasi pertanian untuk menuju kedaulatan pangan.
Di wilayah itu, Ganjar menggandeng Koperasi Desa Sejahtera Indonesia (Kodesi), milik Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Papdesi), dan menginisiasi pembangunan pabrik teh premium di Desa Tegallega, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur. Diketahui, Ganjar merupakan Dewan Pembina Papdesi.
”Pabrik teh ini akan memproduksi teh premium yang kami beri merk Teh GP. Itu kepanjangan dari Teh Gede Pangrango, karena wilayah ini ada di kaki Gunung Gede dan Pangrango,” kata Fery Kurniawan, konsultan pabrik dalam keterangannya, Kamis (5/10/2023).
BACA JUGA: Polsek Muntilan Merazia Penjual Minuman Keras
Pabrik teh itu nantinya akan dikelola anak-anak muda. Sebagai pilot project, pabrik ini akan mengelola empat hektar kebun teh, dan direncakan memproduksi 200 kg daun teh per hari.
”Untuk harganya, karena ini teh premium, maka sangat tinggi. Tentu dengan hasil ini, akan membuat para petani teh di desa ini semakin sejahtera,” ucapnya.
Para anak muda petani milenial yang akan dilibatkan dalam program itu, mengaku sangat senang. Sebab, dengan adanya program pemberdayaan masyarakat ini, maka ekonomi masyarakat yang mayoritas adalah petani teh, akan bertambah.
BACA JUGA: HUT TNI ke-78, Polres Beri Kejutan Kodim 0719 Jepara
”Tentu kami sangat antusias sekali, karena Pak Ganjar menginisiasi ini untuk masyarakat. Dan kami anak muda dilibatkan menjadi motor penggeraknya Kami berharap, anak-anak muda tidak perlu ke kota untuk bekerja, tapi bisa berkarya di desa, dengan pendapatan tak kalah dengan mereka yang ada di kota,” ucap Nandri Rivaldi (29), salah satu petani milenial di Desa Tegallega.
Sementara itu, Ganjar menyatakan, banyak potensi di desa yang bisa dioptimalkan. Contohnya di Desa Tegallega ini, di mana ada potensi perkebunan teh yang bisa dikelola lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat.
”Ada yang menarik di desa ini. Ada anak-anak muda milenial yang menggerakkan para petani. Mereka siap membuat pabrik teh, dengan produk teh premium atau special tea. Tentu ini contoh kongkret, bagaimana kita melakukan hilirisasi pertanian, yang kita harapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Ini keren,” pujinya.
BACA JUGA: Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Pol Djuhandhani Rahardjo Puro Diwisuda S2 Magister Hukum di USM
Dan yang menarik lagi, lanjut dia, pabrik teh itu dikelola bekerja sama dengan Kodesi, koperasi desa binaan Papdesi. Jika program ini berhasil, maka bisa diterapkan dan dikembangkan di desa-desa lain di seluruh Indonesia.
”Ini sangat mungkin dikembangkan di desa lain, tentu dengan unit usaha dan kearifan lokal masing-masing. Kalau semua bisa melakukan itu, maka bisa kita bayangkan, betapa besarnya pendapatan yang dihasilkan. Ini bagian dari hilirisasi produk pertanian yang kita inginkan, dan endingnya cita-cita kita mewujudkan kedaulatan pangan bisa tercapai,” imbuhnya.
Namun itu semua, sebut Ganjar, bukanlah pekerjaan mudah. Pemerintah harus turun tangan dan mendorong, agar program-program itu bisa berjalan. Selain terus melakukan pendampingan, pelatihan dan memberikan kemudahan terhadap akses modal, pemerintah juga harus menjadi offtaker dari produk yang dihasilkan.
”Kalau mereka sudah jalan dan berproduksi, pemerintah yang harus menjadi offtaker-nya. Masukkan semua produk ini ke e-katalog, dan wajibkan kementerian, lembaga, hingga pemerintah daerah, untuk membeli. Jadi misal ada acara atau menyambut tamu kenegaraan, suguhannya teh spesial hasil karya petani milenial di Cianjur ini,” pungkasnya.
Riyan