blank
Anggota DPRD Wonogiri, Sriyanto (kanan), memimpin bakti sosial peduli memberikan bantuan air bagi warga Wonogiri selatan yang kesulitan air bersih.(Dok.Sriyanto)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Dalam kondisi darurat, droping air memakai jasa pelayanan mobil tangki perlu dikedepankan. Meski solusi idealnya, pencukupan kebutuhan air warga dapat ditangani secara permanen, seperti melalui fasilitas ledeng pedesaan.

Demikian dikemukakan Ketua DPRD Wonogiri, Sriyono, menyikapi kondisi kekeringan yang saat ini melanda wilayah Wonogiri selatan. Yang dampaknya, menyebabkan sebanyak 18.666 jiwa (6.354 KK) penduduk di 117 dusun di 25 desa di 7 kecamatan, mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

Ikut mendampingi Sriyono dalam memberikan keterangan kepada awak media, Wakil Ketua DPRD Krisyanto dan Siti Hardiyani, Ketua Bapemperda Gimanto dan Wakil Ketua Komisi-3 DPRD Wonogiri, Ari Sumantri.

Kesulitan warga mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari di musim kemarau puncak sekarang ini, terjadi setelah potensi sejumlah telaga alam sebagai tandon air masyarakat, belakangan telah kering kerontang. Sementara kondisi panas pengaruh Badai El Nino, mewarnai iklim di Mangsa Kapat dalam siklus Pranata Mangsa.

Menurut perhitungan Pranata Mangsa, siklus Mangsa Kapat berlangsung dari Tanggal 19 September sampai dengan 13 Oktober 2023 mendatang. Memiliki candra (sebutan) Waspo Kumembeng Jroning Kalbu. Ini menunjukkan belum ada tanda-tanda akan turun hujan, meski langit sudah mendung.

Menyikapi hal tersebut, Bupati Wonogiri Joko Sutopo memerintahkan untuk memberikan bantuan air kepada warga yang membutuhkan. Dialokasikan, sebulan dilakukan droping air sebanyak seribu mobil tangki.

Bersamaan itu, Pemkab Wonogiri terus mengupayakan penanggulangan kekeringan secara permanen. Yakni dengan mengeksplorasi potensi sumber air yang ada. Terkait ini, Pemkab mengalokasikan dana Rp 3,5 miliar dari APBD Wonogiri, untuk membangun prasarana ledeng pedesaan.
Bambang Pur