blank
Polisi Hutan siap berpatroli di area Tanaman Agroforestry Tebu Mandiri, KPH Mantingan. Foto: Kudnadi Saputro Blora

REMBANG (SUARABARU.ID) —  Polisi Hutan (Polhut) untuk lebih sering berpatroli di area tanaman Agroforestry Tebu Mandiri (ATM) di samping tugas pengamanan terhadap gangguan kemanan hutan yang lainnya.

Patrolo Polhut di area tanaman Agroforestry Tebu Mandirilebih intensif dilakukan meningat, bulan Agustus direncanakan akan melakukan panen perdana dalam program ATM yang ada di wilayah KPH Mantingan.

Hal ini disampaikan oleh Waka ADM Mantingan Dwi Anggoro Kasih disela-sela Apel di kantor KPH Mantingan.

Lebih lanjut, Dwi Anggoro Kasih menjelaskan bahwa untuk tanaman ATM KPH Mantingan dengan luasan 34,21 hektar ini sudah memasuki masa panen.

“Kita perlu menjaga keamanan tebu mengingat ini sudah menginjak musim kemarau yang tentunya rawan terjadinya kebakaran hutan,” jelas Dwi Anggoro Kasih ujar Dwi Anggoro Kasih dihadapan peserta apel, Jumat,  (4/8/2023).

Karena itu, diperlukan mengawal sampai proses panen nantinya agar area tebu yang merupakan sumber pendapatan baru dari program ATM bisa tercapai.

Kepada petugas di lapangan, lanjut Dwi Anggoro Kasih, perlu  ditekankan sinergitas dan kerjasama yang baik dalam bekerja dengan bidang-bidang lain dan menanggalkan ego individual agar pekerjaan yang dilakukan menjadi sinkron dan Rencana Kerja yang telah disusun selama tahun 2023 dapat dilaksanakan secara optimal.

“Sinergitas ini harus dilakukan mulai dari level mandor, KRPH, Asper dan jajaran manajemen KPH sehingga jika terdapat permasalah yang timbul di lapangan terkait pekerjaan dan hal-hal lain dapat segera diselesaikan dengan baik,”  tandas Dwi Anggoro Kasih.

Dwi Anggoro Kasih juga mengapresiasi kepada karyawan yang sudah memasuki masa pensiun atas nama Bambang Rianto (atau dikenal dengan nama Bambang Bento) atas dedikasi dan pengabdiannya selama menjadi karyawan Perhutani dan bagian dari Keluarga besar rimbawan KPH Mantingan yang telah bekerja dengan baik.

“Namun demikian urun, saran dan rembug masih kami harapkan sebagai rimbawan yang telah mengabdi di perhutani selama sekitar 30 tahun lamanya,” pinta Dwi Anggoro Kasih.

Kudnadi Saputro