abon lele
Salah satu pelaku UMKM di Kabupaten Magelang, Jacintha Chandrasari yang memroduksi abon lele “Rere” mendapat kesempatan untuk bisa mengenalkan produk UMKM- nya yang baru dikelola sekitar enam bulan lalu melalui ajang Tour de Borobudur di kawasan Candi Borobudur, Minggu (6/8) mendatang. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID ( SUARABARU.ID)- Ajang Tour de Borobudur yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah selama dua hari, 5-6 Agustus dan akan  berakhir di Zona II Taman Wisata Candi Borobudur, tidak  hanya mengembangkan kegiatan olahraga wisata saja, melainkan sebagai ajang  mengangkat produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) Jawa Tengah.

Salah pelaku UMKM di Kabupaten Magelang, Jacintha Chandrasari yang memroduksi abon lele “Rere” mendapat kesempatan untuk bisa mengenalkan produk UMKM- nya yang  baru dikelola sekitar enam bulan lalu. Ia tidak menyangka dirinya mendapatkan kesempatan sebagai salah satu UMKM yang ditampilkan di ajang tersebut.

“Saya tidak menyangka bisa tampil di puncak acara Tour de Borobudur di Candi Borobudur, Minggu ( 6/8) besok. Selain itu, dari panitia juga memesan 200 bungkus abon lele untuk dijadikan cinderamata di acara tersebut,”kata Jacintha.

Ia mengaku, dengan adanya pesanan abon lele dari panitia Tour de Borobudur tersebut, memacu dirinya untuk terus mengembangkan usaha yang dikelola dengan Abdul Afif yang tidak lain adalah suaminya.

Selain itu, dengan dilibatkan dirinya tersebut juga memacu untuk meningkatkan produk makanan olahan yang  terbuat dari ikan lele.

“Dengan dilibatkan saya dan hasil olahan makanan saya dijadikan salah satu cinderamata, membuat saya lebih semangat unutk meningkatkan kualitas produk abon lele ini,” kata perempuan yang akrab disapa dengan panggilan Ayi ini.

Menurutnya, makanan olahan abon lele “Rere” tersebut dibuat melalui proses yang sederhana dan dikerjakan secara manual. Meskipun proses pembuatannya sederhana, dirinya tidak menggunakan bahan-bahan pengawet untuk makanan olahana tersebut. Termasuk tidak menggunakan bumbu- bumbu instan. Melainkan menggunakan bumbu-bumbu dari rempah-rempah.

“Bumbu-bumbu yang kami gunakan untuk mengolah abon lele ini semuanya menggunakan bumbu-bumbu rempah alami pilihan , bukan bumbu instan. Selain itu,juga tidak menggunakan bahan pengawet,”katanya,

Sedangkan, untuk ikan lele yang menjadi bahan baku dasar pembuatan abon lele tersebut, juga bukan lele yang kecil-kecil. Melainkan, lele dengan berat mencapai 3-4 kilogram per ekornya

Ia menambahkan, dari 10 kilogram lele ukuran besar yang masih hidup setelah diolah menjadi abon beratnya menyusut menjadi empat kilogram. Dan, abon yang sudah jadi tersebut dikemas dengan berat 100 gram per bungkusnya.

“Untuk harga abon lele, kami membanderol Rp 25.000 per kemasan 100 gram. Sedangkan, ikan lele siap goreng yang dikemas dalam sajian frozen (beku)  denga harga Rp 25.000 per bungkus dan berisi empat ekor lele,”ujarnya.

Ayi mengaku, saat ini pemasaran  makanan ikan olahan abon lele tersebut masih sangat terbatas yakni secara gethok tular ( dari mulut ke mulut) dan juga menggunakan sarana media sosial yang dimiliki.

Ia berharap dengan keikutsertaan makanan olahan buatannya pada ajan Tour de Borobudur ini, produk makanan olahannya semakin dikenal masyarakat  banyak. W. Cahyono