SENJA temaram sudah berubah menjadi gelap malam. Seorang nenek berusia lewat 70 tahun mendendangkan Keroncong Meratap Hati ciptaan Mardjo Kahar. Dialah Atun Tyas, yang biasa dipanggil Bunda Atun.
Itulah bagian dari suasana malam di Kawasan perkemahan Camp Mawar Umbul Sidomukti, Bandungan, Kabupaten Semarang, Meski malam di gunung, tetapi tidak gelap, justru makin terang dan gemebyar.
Setelah uji coba atau test mike hingga menjelang magrib tadi, peserta kemah Waroeng Keroncong sejenak beristirahat untuk membersihkan diri dan sembahyang, kemudian dilanjut dengan makan malam.
Di depan deretan tenda yang terpasang, digelar tikar panjang. Peserta kemah Waroeng Keroncong Semarang di lereng Gunung Ungaran itu bersiap menikmati makan malam. Instrumen musik cak, cuk, biola, bas elektrik yang sesore tadi mengantarkan lagu-lagu keroncong, sementara ditaruh dulu.
Baca juga Lagu Keroncong pun Mengalun Menyelinap di Antara Hutan Pinus Gunung Ungaran
Dua lampu sorot yang benderang dipasang, menerangi halaman tenda yang dijadikan panggung pentas musik keroncong.
Setelah menikmati makan malam, para pemain musik pun sudah menyiapkan diri. Cello sudah datang, langsung disesuaikan nadanya. Begitu juga gitar melodi yang datang menyusul, terdengar lengkingannya saat di-stem.
Di antara para pemain tampak pula musikus senior Semarang, Handono Nayaka, pentolan Nayaka Band. Kini Handono juga aktif di jalur keroncong, dan mendirikan keroncong progresif Jibaku.
Kebetulan hari itu, Jumat 23 Juni 2023, Handono genap berusia 67 tahun. Maka sebelum pentas dimulai ada “upacara” ulang tahunan. Ternyata bukan cuma Handono, Setiyanto, Kartiman Londo, Yuni, dan beberapa yang lain lahir pada byulan Juni.