blank
Butet Kartaredjasa sukses membuat Balairung UKSW riuh dipenuhi gelak tawa dalam bingkai Refleksi Budaya. Foto: Dok/UKSW

SALATIGA (SUARABARU.ID) – Seniman kondang asal Kota Yogyakarta, Butet Kartaredjasa sukses membuat Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) riuh dipenuhi gelak tawa, Selasa (9/5/2023).

Mengenakan pakaian berwarna krem, pemilik nama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa ini hadir dalam bingkai Refleksi Budaya.

Melalui kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-23 Fiskom UKSW ini, Butet Kartaredjasa hadir menyoroti sejumlah hal mulai dari politik, kebudayaan, perkembangan teknologi, filosofi Jawa hingga membagikan pesan bagi para peserta yang didominasi oleh mahasiswa.

“Perubahan kebudayaan adalah salah satu cara manusia mendapatkan berbagai kemudahan. Hari ini kita dimudahkan oleh kemajuan digital, namun celakanya orang-orang yang lahir pada era ini justru menggunakannya tidak sesuai kebutuhan,” tutur pria berusia 61 tahun tersebut.

Butet Kartaredjasa mengajak para peserta agar tidak terpecah belah karena perbedaan. “Kebudayaan tumbuhkan kita, keberagaman dan perbedaan harus disyukuri. Kita boleh berbeda agama tapi apa kita boleh bermusuhan karena perbedaan tersebut? Dinamika kehidupan di luar boleh berkembang, kemajuan digital, hadirnya berbagai inovasi teknologi tapi jiwa akar kebudayaan kita tidak bisa ditenggelamkan oleh teknologi,” tegasnya.

Ikuti perubahan jaman

Bagi Butet, UKSW bukanlah tempat asing karena sejak tahun 80an dirinya telah wira-wiri di kampus yang dikenal sebagai Indonesia Mini ini. Pihaknya mengapresiasi pola interaksi dosen dan mahasiswa UKSW yang dari dahulu hingga sekarang memiliki pola interaksi setara dan egaliter.

Di tengah dinamika kehidupan di mana semua serba digital, Butet mengajak generasi senior untuk mengikuti perubahan jaman, sehingga tidak tercipta gap yang jauh dengan generasi alpha.

“Sedangkan anak muda juga harus hidup dalam etos kreatif. Hidup harus selalu bahagia dan tidak membandingkan dengan orang lain, sebab takaran bahagia tiap orang berbeda. Kebahagiaan kita ciptakan sesuai takaran,” pesannya terkait isu mental health yang banyak menyerang generasi muda.

Di akhir penampilannya Butet membius peserta yang hadir dengan membacakan sajak berjudul Seonggok Jarum karya WS Rendra yang berisi pandangan kritisnya mengenai dunia pendidikan.

Penampilan Butet di UKSW kali ini semakin lengkap dengan hadirnya kelompok teater tari komedi perempuan asal Surakarta, Sahita. Grup yang digawangi oleh Wahyu Widayati (Inonk), Sri Setyoasih (Ting Tong), Sri Lestari (Cempluk) dan Atik Kenconosari (Atiek) ini tampil menghibur dan mengajak para peserta menyanyikan berbagai lagu mulai dari Mars UKSW, Mars Fiskom, Yamko Rambe Yamko, Macarena, Efek Gedang Klutuk, Ojo Dibandingke, Ge Mu Fa Mi Re, hingga lagu No Comment yang dipopulerkan oleh Bunda Corla.

Dekan Fiskom Drs. Daru Purnomo, M.Si., menyampaikan, dalam kegiatan ini pihaknya berkolaborasi dengan Fakultas Psikologi UKSW yang akan memperingati Dies Natalis ke-24. “Komitmen kepemimpinan sekarang adalah membangun universitas melalui konsorsium. Fiskom berkonsorsium dengan 4 fakultas lainnya, salah satunya adalah Fakultas Psikologi. Ini merupakan upaya untuk menyatukan ide lebih kreatif,” jelasnya.

Agenda lainnya

Selain Refleksi Budaya, agenda lain yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Dies Natalis Fiskom.yakni ziarah makam pendiri Fiskom, Expo, Communication Festival, Diskusi Film: Fakta Israel, Seminar: “Fakta Israel dalam bingkai Sosial Politik Internasional dan Media”, Ibadah Syukur serta Pertemuan Stakeholder.

Rektor Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., yang turut hadir menyampaikan, kolaborasi dua fakultas menjadi bukti bahwa UKSW bersatu menuju world class university.

Rektor Intiyas mengajak dua fakultas yang tengah merayakan kelahirannya ini untuk mewarnai UKSW dengan rasa, hati dan jiwa, sehingga semangat tersebut menular ke fakultas lainnya.

Pihaknya mendorong mahasiswa untuk semakin kreatif dan berani berinovasi. Budaya satya wacana yang berpikir kreatif, kritis, toleransi dan keberagaman juga terus digaungkan. “Jadikan UKSW tempat menumbuhkembangkan budaya kreatif yang bertanggung jawab,” pesannya.

Ning S