blank
Shalat gerhana matahari di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Kamis (20/4/2023). Foto: Hiskia Andika Weadcaksana/Suarajogja.id

YOGYAKARTA (SUARABARU.ID)  – Shalat gerhana matahari digelar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (20/4/2023) pukul 10.30 WIB, diikuti ribuan orang.

Fenomena gerhana matahari atau pun bulan menurut takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Azman Latif, ada makna yang terkandung di dalamnya, hal ini yakni sesuai dengan tuntutan agama.

“Jadi kalau terjadi gerhana baik bulan maupun matahari itu di dalam agama dituntunkan, satu banyak beristighfar mohon ampun kepada Tuhan,” kata Azman usai salat gerhana matahari, Kamis siang kepada suarajogja.id jaringan suara.com.

Azman juga menyebut yang kedua adalah banyak bersedekah, dan yang yang ketiga untuk mendirikan atau menegakkan salat gerhana itu sendiri.

“Ini tadi kalau sedekah kita fasilitasi, istigfar sudah kita tuntun untuk melakukan ampun kepada Allah, lalu dilakukan salat secara berjamaah ini memang sesuai tuntunan Allah,” sambungnya.

Dalam salat gerhana ini tadi setidaknya diikuti lebih dari seribu jemaah. Baik dari warga Kauman sendiri maupun masyarakat umum.

Mengutip dari laman resmi BMKG, gerhana Matahari Hibrida adalah perpaduan dua macam gerhana dalam satu fenomena.

Awalnya akan terjadi gerhana matahari cincin, kemudian menjadi gerhana matahari total dan berakhir menjadi gerhana matahari cincin kembali.

Di Indonesia hanya dapat disaksikan gerhana matahari total karena jarak bulan yang sedikit lebih dekat dengan bumi.

Sedangkan menurut situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), gerhana matahari hibrida yang telah terjadi pada 20 April 2023 ini berlangsung selama 3 jam 5 menit mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari Biak, dengan durasi fase tertutup total 58 detik.

Berdasarkan pengamatan terkait, gerhana matahari hibrida diprediksi kembali terjadi 26 tahun lagi yakni pada tahun 2049. Lebih jauh lagi, gerhana matahari hibrida juga akan kembali terjadi pada tahun 2349.

Sementara, perkiraan gerhana matahari terakhir kali teramati dari Indonesia yakni pada tahun 1807 dan 1507 silam.

Wied/suarajogja.id