Oleh Ahmad Munif
OBROLAN bapak-bapak di serambi masjid malam itu terbilang seru. Bapak berpeci hitam terus berusaha mempertahankan argumentasinya ihwal awal dan akhir Ramadan 1444 H, tahun 2023 ini.
Pada kalender yang terpasang manis di ruang tamunya, jelas tertera bahwa 1 Ramadan jatuh pada hari Kamis tanggal 23 Maret dan 1 Syawal bertepatan dengan hari Jumat tanggal 21 April. Artinya, puasa Ramadan tahun ini sebanyak dua puluh sembilan hari.
Sementara di sisi yang lain, bapak yang mengenakan kopiah putih pun tidak gigih memegang pendapatnya. Dia juga mengacu pada kalender yang terpasang di rumahnya. Juga edaran jadwal imsakiyah Ramadan yang diperoleh dari organisasi kemasyarakatan yang dia ikuti.
Versi kalender bapak berkopyah putih, Ramadan 1444 H berlangsung tiga puluh hari. Awal Ramadan sama dengan yang dikemukakan bapak berpeci hitam, sedangkan 1 Syawal jatuh pada hari Sabtu tanggal 22 April.
Jelas dan tegas, akhir Ramadan atau 1 Syawal yang menjadi perdebatan dan perselisihan utama. Mana yang benar dan harus diikuti? Menurut bapak berpeci hitam, pada hari Kamis 20 April 2023 atau 29 Ramadan 1444 H, ketinggian hilal (bulan baru) pada saat ghurub (matahari terbenam) sudah di atas satu derajat.
Menurut pedoman penentuan awal bulan kamariah versi kalender miliknya, ketinggian tersebut sudah memenuhi kriteria dan menunjukkan hilal sudah wujud atau eksis di atas ufuk.
Bapak berkopiah putih turut membeberkan alasannya. Di kalender miliknya juga menyatakan bahwa ketinggian hilal di kisaran angka satu derajat saja. Namun kondisi hilal yang demikian sangat tidak memungkinkan untuk dilihat atau dirukyah.