JC Tukiman Tarunasayoga
AKHIR-AKHIR, Kementerian Keuangan sedang mendapatkan banyak sorotan publik, dan ada saja di antara banyak orang yang melukiskan apa yang sedang terjadi itu sebagai prahara, kejadian “menakutkan” karena hujan lebat disertai angin kencang sekali. Sebutlah badai besar sedang melanda. Tepatkah melukiskan apa yang sedang terjadi di kemenkeu saat ini sebagai prahara seperti itu? Tidak tepat.
Adakah istilah yang lebih tepat? Ya, ada, yakni udan suweni, atau sering juga diungkapkan dengan udan sinemeni, bahkan sebetulnya yang terjadi adalah udan kethek saja. Mari kita amati lebih seksama apa yang sedang terjadi itu dengan dua “istilah” hujan ini.
Bacalah suweni sebagaimana Anda mengucapkan buah mangga kuweni, atau seperti Anda mengucapkan nama teman kita: Heri; sedang untuk tembung sinemeni, bacalah seperti Anda memanggil nama Tike untuk sine, dan nama Heri tadi. Nah, jadilah Tikeheri untuk melafalkan sinemeni.
Kejadian alam udan, yakni hujan, disebut sebagai udan suweni atau pun udan sinemeni manakala yang terjadi ialah katon wis arep udan mawa swara kemrusuk, nanging kang udan tenanan papan liya.
Baca juga Alun vs Alun-Alun, Alang vs Alang-Alang, Alap vs Alap-alap, dan Awang vs Awang-awang
Tampaknya hujan hampir turun karena sudah gelap, apalagi disertai suara-suara gemuruh; namun yang senyatanya sudah turun hujan, justru berada di belahan atau wilayah lain. Kejadian alam seperti itu sangat sering terjadi di mana-mana; di tempat tinggal saya Ungaran sering wis wiwit peteng, ana angin kemrusuk, eeeee……….jebul yang sudah betul-betul turun hujan di Ambarawa (keduanya di wilayah kabupaten Semarang, berjarak sekitar 12 kilometer saja).