blank
Ilustrasi Artificial Intelegent. Foto: Dok/Freepik

SUARABARU.ID Oleh: Fikri Shofin Mubarok MIKom

Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi yang semakin berkembang pesat dan menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. AI dapat digunakan untuk mengotomatisasi banyak tugas, mulai dari pembersihan data hingga pengambilan keputusan kompleks. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah AI akan menjadi ancaman atau peluang bagi para content creator?

Teori Difusi Inovasi, yang dikembangkan oleh Everett Rogers, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana inovasi seperti AI dapat menyebar di masyarakat dan mempengaruhi content creator.

Menurut teori ini, ada lima kelompok dalam masyarakat yang mempengaruhi difusi inovasi: innovators, early adopters, early majority, late majority, dan laggards. Innovators adalah kelompok pertama yang mengadopsi inovasi, diikuti oleh early adopters yang merasa terpanggil untuk mencoba inovasi baru. Early majority, late majority, dan laggards mengadopsi inovasi lebih lambat, dengan laggards menjadi kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi.

Dalam konteks AI, content creator yang termasuk dalam kelompok innovators dan early adopters kemungkinan besar akan mengambil keuntungan dari teknologi ini dengan cepat. Mereka mungkin menggunakan AI untuk membantu mereka dalam produksi konten, seperti menghasilkan judul atau menyarankan topik untuk konten baru.

Namun, bagi content creator yang termasuk dalam kelompok early majority, late majority, dan laggards, pengadopsian AI mungkin menjadi lebih sulit. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami teknologi atau tidak merasa yakin untuk mengubah cara mereka bekerja.

Bagi content creator yang mampu mengadopsi AI, teknologi ini dapat menjadi peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. AI dapat membantu content creator menghasilkan konten yang lebih cepat dan lebih akurat, mengurangi waktu dan biaya produksi. Hal ini juga dapat membantu content creator memperluas audiens mereka dan memperkuat merek mereka.

Namun, bagi content creator yang tidak dapat mengadopsi AI, teknologi ini dapat menjadi ancaman. Mereka mungkin kehilangan keunggulan dalam persaingan dengan content creator yang lebih mampu mengadopsi teknologi, dan audiens mereka mungkin beralih ke konten yang dihasilkan dengan bantuan AI.

Dalam hal ini, penting bagi content creator untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan mereka, termasuk mempelajari cara menggunakan teknologi AI untuk membantu produksi konten mereka. Mereka juga dapat mencari kolaborasi dengan content creator lain atau perusahaan yang memiliki keahlian dalam AI untuk membantu mereka mengadopsi teknologi.

Dapat disimpulkan AI dapat menjadi peluang atau ancaman bagi content creator tergantung pada kemampuan mereka untuk mengadopsi teknologi ini. Penting bagi content creator untuk memahami teori Difusi Inovasi dan berusaha untuk mengambil keuntungan dari teknologi AI dalam produksi konten mereka.

  • Fikri Shofin Mubarok MIKom adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung