Oleh: Zakariya Anshori
JEPARA (SUARABARU.ID)- Tulisan singkat berikut ini merupakan hasil refleksi dan kontemplasi di sebuah tempat sunyi (baca : kamar mandi) sehabis shubuh tadi, Selasa (31/1/2023).
Narasi besar sebagaimana dilansir situs resminya, PBNU mengusung tema Harlah 1 Abad NU “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”. Tema ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW tentang lahirnya pembaharu di setiap satu abad.
Mengapa momentum satu abad NU didasarkan pada perhitungan penanggalan qamariyah atau yang dikenal sebagai kalender hijriyyah? Benarkah ini semata-mata berdasarkan hadits adanya pembaharu setiap 1 Abad? Bukankah era Gus Dur mempimpin PBNU telah muncul pembaharu atau mujaddid?
Adakah ini merupakan sebuah rangkaian peristiwa yang telah disusun sejak dari Muktamar ke-34 NU di Lampung pada tanggal 22-23 Desember 2021?.
Adakah kaitan dengan Forum Religion Twenty (R20) pada 2-3 November 2022 di Bali. Di mana, ajang R20 bisa menambah keistimewaan G20 dengan hadirnya nilai-nilai religius/agama untuk mengatasi problem dunia internasional?
Lalu siapakah master-mind, di balik ini semua? Benarkah ada ‘invisible hand’ yang telah mempersiapkan peristiwa-peristiwa besar yang membutuhkan sumber daya dan sumber dana yang tidak sedikit?
Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena selama 1 tahun sejak pelantikan, PBNU melesat dengan gagasan dan narasi besar yang agak sulit ‘diterjemahkan’ secara operasional di kalangan Nahdliyyin.
Penataan organisasi atau secara legal formal diistilahkan perkumpulan, mesti mendapatkan perhatian serius.
Kaderisasi berjenjang perlu dikawal dengan baik dan terukur serta dilakukan secara konsisten.
Munculnya ‘naturalisasi’ pengurus dipelbagai tingkatan perlu dievaluasi sebagai bagian dari khidmah kepada organisasi.
Ah, Sudahlah. Sebaiknya kita tetap berpikir sederhana dengan cara-cara ndeso. Yang terpenting akidah Ahlussunnah wal Jamaah tetap sumrambah di bumi Nusantara.
Selamat harlah NU ke-97 (31 Januari 1926 – 31 Januari 2023). Mohon maaf lahir batin. Untuk para pendiri dan pejuang NU, Lahumul Faatihah. Wallahu A’lam bish Shawab.
(Zakariya Anshori, pengurus RMI MWC NU Kecamatan Tahunan Jepara)