Salah satu agenda di Festival Kota Lama Semarang. Foto: festivalkotalama.com
Salah satu agenda di Festival Kota Lama Semarang. Foto: festivalkotalama.com

SUARABARU.ID – Perkembangan dan pembangunan wisata Kota Lama Semarang sangat berdampak bagi ekonomi Kota Semarang. Salah satu strategi yang bisa diaplikasikan adalah dengan memperkuat peran komunitas.

Komunitas dalam pariwisata diartikan sebagai masyarakat lokal yang menjadi lanskap alami faktor penarik wisatawan untuk berkunjung. Keberadaan masyarakat lokal dengan keberagaman etnik budaya dan kegiatan sosial masyarakat menjadi daya tarik wisata yang unik dan berbeda di setiap daerahnya.

Begitu pula dengan peran masyarakat Semarang yang turut memengaruhi perkembangan wisata Kota Lama Semarang. Dibutuhkan partisipasi masyarakat agar mereka semakin mengenal, tidak hanya tempat wisatanya tetapi juga daya tarik dan budaya di Semarang.

Wisata Kota Lama Semarang terbukti digemari segala usia. Kawasan wisata ini memang menyenangkan untuk dinikmati di segala kondisi, entah untuk sekadar duduk santai di bangku sambil melihat lampu-lampu dan kendaraan yang berlalu lalang atau untuk melihat keindahan sudut bangunan dan barang-barang antik yang dijual di sana.

Menjadi salah satu kawasan cagar budaya, Kota Lama memiliki pemandangan gedung-gedung tua dan bersejarah dengan arsitektur khas Eropa. Gereja Blenduk, misalnya, adalah salah satu bangunan yang terkenal dan menarik wisatawan untuk datang ke Kota Lama. Selain itu, bangunan itu juga menjadi spot foto favorit pengunjung karena terlihat khas dan megah.

Untuk mengembangkan wisata Kota Lama pemerintah membuat Festival Kota Lama yang diselenggarakan untuk memperkenalkan kepada wisatawan lokal maupun luar tentang budaya Semarang, seperti menampilan wayang on the street atau bekerja sama dengan Ngesti Pandawa yang merupakan perkumpulan kesenian tradisional wayang orang profesional yang biasa melakukan pementasan di Taman Budaya Raden Saleh.

Kecuali itu ada pula pertunjukan tari keroncong, “Sentiling Night Market” atau Pasar Malam Sentiling, flashmob remaja berkebaya, pameran produk UMKM, pagelaran nyiur nusantara, kagama karawitan, serta event bertema “Kuno, Kini, Nanti”.

Untuk agenda “Kuno, Kini, Nanti”, area “Kuno” didesain untuk mewadahi kuliner, photo booth Tempo Doeloe, dan Panggung Nostalgia. Adapun area “Kini” berupa panggung apung di Polder Tawang yang akan digunakan untuk pentas selama berlangsungnya Festival Kota Lama Semarang. Yang terakhir adalah area “Nanti” yang berisi expo dan Pameran Impian Masa Depan.

Event yang tidak kalah menarik adalah “Sentiling Night Market“. Event yang terdiri dari tiga rangkaian kegiatan yang berbeda ini bisa menciptakan pengalaman baru untuk para penikmat Kota Lama. Selain bisa berjalan kaki, mengendarai vespa atau sepeda, di festival ini juga disewakan mobil antik untuk berkeliling melihat setiap sudut Kota Lama Semarang.

Tidak perlu khawatir untuk para pengunjung yang akan merasa haus atau lapar karena banyak restoran dan kafe maupun pedagang keliling yang menawarkan minuman serta cemilan.

Setiap sudut bangunan Kota Lama cocok menjadi spot foto yang estetik untuk dibagikan ke media sosial. Untuk pengunjung yang ingin mendapatkan hasil foto yang maksimal bisa menyewa fotografer dan hanya butuh merogoh biaya Rp.25.000 dengan hasil satu cetakan foto.

Festival-festival Kota Lama tersebut diharapkan dapat membuat anak muda tertarik dan mengenal budaya Semarang yang lambat laun semakin dipinggirkan. Dengan adanya festival yang gratis ini bisa membuka peluang agar semakin banyak wisatawan yang berkunjung serta generasi milenial yang semakin bangga akan budaya negara.

Niken Savitri Oktariani Lestari, mahasiswa jurusan Pariwisata Universitas Semarang