blank
Rakor denga TP PKK untuk penanganan stunting di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat bersama Wakil Bupati M Albar, selama tahun 2022 telah menorehkan bergagai prestasi, baik dari tingkat regional maupun nasional.

Selaras dengan visi dan missi mewujudkan Wonosobo yang berdaya saing, maju dan sejahtera, di tahun 2022 ini banyak capaian program kerja, penghargaan dan prestasi yang telah diraih Pemkab Wonosobo, baik tingkat regional nasional bahkan internasional.

Selain itu, pembangunan fisik dan nonfisik juga terus bergulir demi tingkatkan kesejahteraan masyarakat. Capaian ini tak lepas dari komunikasi dan kerjasama yang telah terjalin baik lintas sektor, baik eksekutif, legislatif, yudikatif, dunia usaha serta unsur masyarakat termasuk diaspora Wonosobo.

Mengawali tahun 2022, tepatnya Rabu (20/4/2022), Kabupaten Wonosobo mendapatkan kado yang istimewa. Pasalnya PT BPR Bank Wonosobo sukses menyabet 3 penghargaan sekaligus yaitu Top CEO BUMD Award 2022, Top BUMD Award 2022 bintang 4, dan Top Pembina BUMD Award 2022.

Tentu, melalui penghargaan tersebut menjadi motivasi untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam meningkatkan bisnis dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga mampu meningkatkan kontribusi bagi perekonomian daerah.

Sakip Award

blank
Pengembangan dunia pariwisata untuk pemulihan ekonomi di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Di bulan yang sama, Wonosobo juga menerima penghargaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Reformasi Birokrasi (RB) Award Tahun 2021 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), di mana nilai SAKIP dan RB Wonosobo Tahun 2021 meningkat, peringkatnya dari nilai C (Cukup) menjadi predikat B (Baik).

Penghargaan tersebut diberikan karena adanya peningkatan predikat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari nilai SAKIP sebesar 64,34 persen (predikat C) pada 2020 menjadi nilai 65,46 persen (predikat B) pada 2021. Sementara, indeks RB tahun 2021 sebesar 60,94 persen dengan predikat B, naik dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 59,84 persen dengan predikat CC.

Selain itu, Afif Nurhidayat di awal tahun ini juga mendapatkan penghargaan untuk kategori Pelopor Literasi Digital atas inovasi Sapu Lidi, yang merupakan strategi pelayanan untuk siswa dan guru melalui literasi digital di SMP N 2 Selomerto.

Penghargaan tersebut diberikan bersamaan dengan 10 bupati/walikota lain di Jawa Tengah dan DIY. Munculnya karya inovasi Sapu Lidi tersebut sebagai salah satu upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Wonosobo, guna  meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum optimal.

Inovasi Sapu Lidi dibentuk untuk mengatasi masalah literasi siswa dan guru SMP N 2 Selomerto yang masih rendah melalui pengembangan 4 pilar literasi digital meliputi, digital culture, digital skill, digital ethics, dan digital safety.

Setelah enam kali berturut-turut, pada bulan Mei 2022 lalu Pemkab Wonosobo kembali memperoleh penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Penghargaan opini WTP dari BPK yang diserahkan bersama sebelas Kabupaten/Kota lainya se-Provinsi Jawa Tengah ini merupakan hasil kerja keras dari semua pihak dan termasuk bagian terpenting dari kerja keras dari jajaran eksekutif dan legislatif.

Di sektor pariwisata, Kabupaten Wonosobo juga tak kalah berprestasinya. Pasalnya, tahun ini Desa Sembungan dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik Anugerah Desa Wisata (ADWI) tahun 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

Penetapan 50 Desa Wisata Terbaik tersebut  melalui proses kurasi dari 500 Desa Wisata, kemudian mengerucut menjadi 300 desa wisata, hingga 100 desa wisata, dan menghasilkan 50 Desa Wisata Terbaik.

Kategori penilaiannya dilihat dari aspek daya tarik pengunjung, homestay, digital dan kreatif, inovatif souvenir, toilet umum, CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability), dan kelembagaan yang lengkap. Prospek pembangunan di Desa Sembungan secara kontinuitas berdampak pada segi ekonomi dan lingkungan.

Kasus Stunting

blank
Gerakan menanam untuk pelestarian alam di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

Diakuinya, sebanyak 286 orang pengelola wisata dan 190 UMKM termasuk pertokoan yang turut aktif mendukung kemajuan potensi daya tarik wisata. Selain prestasi tentunya juga banyak inovasi dan program kerja yang dihadirkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan prinsip keadilan.

Antara lain, Pemkab Wonosobo mengenalkan Gerakan Unggulan Mayo Sekolah, yang dinilai lebih efektif membantu menangani ATS oleh para lembaga terkait seperti Kepala Desa, Camat dan Perwakilan Sekolah.

Mayo Sekolah merupakan upaya Pemkab Wonosobo dalam membangkitkan kembali semangat anak untuk terus belajar mengenyam pendidikan. Sebab pendidikan menjadi jembatan dalam membentuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Bicara terkait isu lingkungan, Pemkab Wonosobo juga telah menginisiasi Gerakan Cinta Serayu sebagai tindakan konkrit. Hal ini, mengingat kondisi sedimentasi Sungai Serayu suadah cukup memprihatinkan, sehingga mengancam kelestarian lingkungan flora dan fauna sekitar.

Melalui pencanangan penanaman pohon serentak di desa dan kecamatan se-Wonosobo diharapkan lingkungan menjadi sehat dan bersih. Gerakan peduli alam ini juga dilakukan di lingkungan sekolah, sebagai proses pembelajaran peduli kelestarian alam yang lebih menyenangkan.

Program lainnya, melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Pemkab Wonosobo juga tengah memulai pembangunannya di kompleks Gelanggang Olahraga (GOR) Wonolelo. Yang terbagi dalam 3 tahap, dengan perkiraan anggaran Rp 29 miliar, dimana tahap 1 akan fokus pada pembangunan lapangan sepak bola dan variable pendukungnya.

Hal itu menjadi komitmen pemerintah dalam menyiapkan sarana prasarana olahraga yang representatif, guna menyehatkan masyarakat dan mendukung prestasi atlit daerah. Yang tidak kalah menariknya adalah Program Food Estate yang merupakan salah satu program strategis pembangunan pertanian nasional.

Di mana program Food Estate Kabupaten Wonosobo menjadi percontohan nasional. Pasalnya, animo dan respon petani di Wonosobo sangat besar dalam memajukan holtikultura berbasis semangat gotong royong, sebagai implementasi kebijakan food estate pemerintah pusat. Program food estate ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan kemandirian pangan, juga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Keberhasilan program lainnya, sejalan dengan amanat Presiden RI Joko Widodo bahwa prevelensi stunting harus di angka 14 persen pada 2024. Pemkab Wonosobo berhasil menurunkan Prevelensi angka stunting, dari angka 20,22 persen di tahun 2021 atau turun 5,5 persen.

Melalui program Gotong Royong untuk atasi Stunting (Gor Rong Unting), diharapkan kasus stunting di Wonosobo dapat menurun lagi. Penanganan stunting di tiap wilayah  memiliki situasi dan kondisi yang berbeda, untuk itu, peranan perempuan didorong lebih aktif dengan meningkatkan program kerja yang berkualitas.

Bidang Pendidikan

Kegiatan ini dapat dijadikan ruang bagi Tim Penggerak PKK Kabupaten Wonosobo untuk memberikan bimbingan, pembinaan, dan fasilitasi kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan. Sehingga dapat bersinergi, terarah dan terpadu dalam mengelola program kegiatan yang ada.
Selain atasi stunting, di sektor pendidikan Pemkab juga punya arah kebijakan yang tegas, bahwa semua layanan pendidikan formal di Kabupaten Wonosobo dilarang menolak siswa berkebutuhan khusus atau disabilitas.

Hal ini, ditekankan Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan merupakan misi Pemkab Wonosobo. Semua anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan yang berkualitas.

Kembali ke capaian prestasi, di Bulan September kemarin Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) asal Desa Cledok, Kecamatan Kaliwiro Wonosobo juga sukses meraih penghargaan kategori Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) tingkat nasional dari Kementerian Pertanian RI.

Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai upaya menumbuhkan peran aktif petani milenial dalam peningkatan produksi dan daya saing produk pertanian. Selain itu, juga untuk pengembangan ekosistem kewirausahaan pertanian, membangun jejaring petani milenial antar wilayah, serta upaya antisipasi krisis pangan.

Prestasi lainnya, Kabupaten Wonosobo kembali dinobatkan sebagai penyaji terbaik pertama dalam Event Bersama Wilayah Kedu Raya 2022 yang digelar di Gerbang Gajah Kembanglimus, Desa Kembang Limus Kabupaten Magelang.

Pada tahun lalu, Kabupaten Wonosobo juga sebagai penyaji terbaik pertama pada Event Bersama Wilayah Kedu Raya 2021 dengan mementaskan Drama Tari “Plesiran Sehat, Prokes Dirumat”.  Prestasi ini bisa menjadi motivasi seniman-seniman Wonosobo untuk tetap semangat dan terus berkarya sehingga akan lebih banyak lagi prestasi yang diraih.

Sementara itu, di akhir tahun ini Kabupaten Wonosobo berdasarkan hasil Susenas 2022 dan hasil penyandingan data P3KE dinilai persentase penurunan angka kemiskinannya termasuk tertinggi se-Jawa Tengah, atau di atas rata-rata penurunan Provinsi Jawa Tengah yaitu 1,50 persen.

Dengan rincian pada 2021 jumlah penduduk miskin Wonosobo 139.700 atau 17,67 persen menjadi 128.110 atau 16,17 persen pada tahun 2022. Namun berdasarkan data kemiskinan hasil Susenas Konsumsi Pengeluaran (Susenas KP) Maret 2022 dan hasil penyandingan data P3KE, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Wonosobo 2021 masing-masing pada angka 2,75 dan 0,65 naik menjadi 3,18 dan 086.

Hal itu dapat diasumsikan adanya penduduk miskin yang berhasil keluar dari kemiskinan namun terdapat juga penduduk miskin yang semakin parah tingkat kerentannnya yang terlihat dari tingkat kedalaman semakin menjauh dari nol.

Capaian tersebut merupakan hasil kerja kolektif semua pihak terkait. Dengan kebersamaan dan kemitraan yang terjalin maka tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Tentu di tahun 2022 juga masih banyak hal yang masih terus diupayakan untuk diselesaikan dan dioptimalkan dan tahun 2023 adalah kesempatan untuk melanjutkannya.

Muharno Zarka