blank
Jangan terlalu lama kaki menempel pada bola api. Foto: Dok Masruri

Sayapun menjawab dengan dua jawaban yang terkesan bertentangan, yaitu bisa dengan kekuatan magis namun bisa juga cukup teknik saja. Untuk bermain yang profesional, memang diperlukan kekuatan supranatural. Bentuk dari piandel itu bisa diperoleh dari  perbagai metode.

Untuk menambah spirit, ada yang mewiridkan  amalan tertentu yang diyakini untuk  keselamatan dari rasa panas dari sengatan api. Tentunya,  panas api itu tidak mampu dinetralkan hingga  mendekati tidak panas. Sebab, bagaimana pun kekuatan batin seseorang, dia tidak akan mampu memutuskan sunnatullah bahwa api itu panas.

Setiap aliran memiliki piandel beragam. Bentuk riyadhah juga berbeda-beda. Ada yang cukup dengan mengamalkan wirid tanpa dengan puasa, namun ada yang mengandalkan transfer energi dari Guru.

Metode “tempelan” ini sering kali dimanfaatkan menjelang permainan bagi siswa (pemain bola api) yang belum memiliki  ilmunya. Jenis amalan itu memiliki dua fungsi, seorang yang  konsisten dengan amalannya berarti dia tetap menyuplai muara batinnya.

Baca juga Tirakat Versus Maksiat

Dari sisi lain, jenis amalan yang dijaga atau dirutinkan itu menguatkan seseorang pada keyakinan. Dari keyakinan  menimbulkan power. Untuk bermain Sepak Bola Api, sebenarnya bisa dengan teknis saja, berdasarkan rumus  : 1. Api itu panas atau membakar jika ada waktu persentuhannya cukup lama. 2. Api berjalan tidak panas. 3. Di bawah api tidak panas.

Untuk itulah, semakin pendek waktu persinggungannya semakin kecil efek panasnya. Karena itu permainan sepak bola api bisa saja dilakukan oleh siapa saja yang tidak harus memiliki kekuatan supranatural.

Dengan catatan, dia bisa mengatur waktu atau lama persentuhan antara kaki (kulit) dengan sumber Panasnya. Caranya adalah dengan tehnik sentuhan atau tendangan “sendhal pancing” yaitu “sentuh – lepas” dengan sumber panas dan hanya ada bersentuhan sesaat.

Hanya bermodalkan teknik sebagai berikut:  Di saat bermain sepak bola api, lakukanlah dengan suasana riang gembira sehingga dapat mengurangi fokus pada panasnya api. Hindari berebut bola api dari dua arah  berlawanan, karena hal itu menyebabkan tertahannya bola api dan memberikan peluang cukup untuk menyengat kaki.

Atur kecepatan persentuhan dengan bola api cukup dengan waktu satu hingga dua detik saja. Sebagai langkan pengamanan sediakan ember berisi air atau handuk basah untuk menjaga kemungkinan ada yang luka bakar (tersengat api).