KUDUS (SUARABARU.ID) – Produksi panen kopi Muria tahun ini mengalami penurunan drastis hingga 40 persen dibandingkan tahun lalu. Merosotnya komoditas andalan masyarakat di kawasan lereng pegunungan Muria ini akibat cuaca ekstrem yang terjadi tahun ini.
Teguh Budi Wiyono, petani kopi asal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus mengungkapkan produksi kopi tahun ini hanya 8 ton. Padahal pada panen kopi tahun lalu, produktivitas kopi Muria di gudangnya bisa mencapai 20 ton setahun.
Produksi tersebut didapat dari 63 petani di Desa Colo dan sebagian Desa Japan. Menurutnya, faktor utama penurunan produksi kopi muria disebabkan cuaca yang ekstrem.
“Cuaca sangat berpengaruh, pada tahu 2023 lalu saat panen musim kemarau lebih panjang sehingga produksi kopi melimpah,” kata Teguh.
Lebih lanjut, kata Teguh, hasil panen petani kopi hanya dijual sistem ijon atau green been. Sementara petik merah, hanya dilakukan oleh beberapa petani saja. Menurutnya, untuk mengantisipasi kerugian petani yang siginifikan akibat penurunan produksi ini, petani perlu memutar otak.
Caranya, kopi tidak hanya diolah dalam bentuk panen mentah green been saja. Tetapi diolah menjadi roasted been atau sangrai dan dalam bentuk kemasan. Teguh menambahkan, dengan promosi yang lebih menarik, tentu kopi muria akan lebih laku di pasaran.
“Saat ini masih banyak yang hanya menjual sistem ijon, selain lakunya murah, juga tidak tahan dalam waktu yang lama,” bebernya.
Teguh pun mengajak para petani kopi di Lereng Muria untuk naik kelas dan mampu menjual kopi dalam kemasan. Sehingga, hal itu bisa memangkas kerugian dan bahkan menambah nilai keuntungan bagi petani kopi.
Terlebih, saat ini kopi jenis Arabika juga mulai dikembangkan di Desa Colo. Dia menyebut, kopi arabica bisa ditanam di Lereng Muria dengan ketinggian minimal 1.000 meter di atas permukaan air laut (mpdl). Dia berharap, pengembangan produksi dan promosi tersebut bisa mendorong kopi muria lebih mendunia.
“Harga kopi sekarang memang naik 70 ribu per kilogram dari tahun lalu, tetapi modalnya tetap naik sehingga perlu diolah,” pungkasnya.
Ali Bustomi