blank
Kepala BPBD Gunungkidul DIY, saat menerima rombongan FPRB BPBD Wonosobo. Foto: Muharno Zarka

WONOSOBO (SUARABARU.ID)– Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dibawah naungan BPBD Kabupaten Wonosobo, melakukan studi tiru ke FPRB BPBD Gunungkidul, DIY, Rabu (30/11/2022).

Studi tiru itu diikuti 52 peserta, yang terdiri dari personel FPRB dan relawan BPBD Wonosobo. Studi tiru dipimpin Kepala Pelaksana BPBD Bambang Trie, dan Ketua FPRB Bambang Wen.

Rombongan dari FPRB dan BPBD Wonosobo diterima Kalak BPBD setempat Purwono, Kabid PKRR BPBD Ikrar Subarno, dan Ketua FPRB Gunungkidul Sutari, di Aula Lantai II Gedung BPBD setempat.

BACA JUGA: Ini Serius, Indonesia Termasuk Lima Negara dengan Kasus HIV/AIDS Terbanyak di Asia Tenggara

blank
Proses diskusi tentang penanganan bencana alam di BPBD Gunungkidul. Foto: Muharno Zarka

Ketua BPBD Gunungkidul Purwono, mengatakan, potensi bencana di wilayahnya terdiri dari gempa bumi, banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung, tsunami dan kebakaran hutan atau lahan.

”Selama ini dalam menangani kasus bencana alam, BPBD selalu berkolaborasi dengan FPRB, hingga di tingkat desa. Dari 144 Desa/Kelurahan di Gunungkidul, sudah ada 84 Desa/Kelurahan yang membentuk FPRB,” ungkapnya.

Sementara itu, Kalak BPBD Wonosobo, Bambang Trie, mengakui, kunjungan studi tiru ke FPRB BPBD Gunungkidul ini, dalam rangka menimba ilmu penanganan bencana di daerah ini. Apalagi Wonosobo di semua daerah kecamatan, masuk zona merah bencana alam.

BACA JUGA: Terjangan Puting Beliung dan Banjir Bandang Landa Kabupaten Pati dan Demak

”Dari 15 Kecamatan dan 265 Desa/Kelurahan di Wonosobo, semua masuk rawan bencana alam. Selama tahun ini saja, sudah terjadi 580 lebih titik bencana alam. Sebagian besar tanah longsor. Berikutnya kebakaran dan angin puting beliung,” paparnya.

Di Wonosobo, lanjut Bambang Trie, potensi bencana alam selain tanah longsor, kebakaran dan angin puting beliung, juga ada banjir bandang, gunung meletus dan gas beracun. Bahkan kasus gas beracun dan gunung meletus tidak semua daerah ada.

”Di semua Desa/Kelurahan di daerah kami, sudah ada setidaknya lima personel BPBD. Tapi untuk kepengurusan FPRB di tingkat Desa/Kelurahan belum banyak. Ke depan nanti akan dibentuk FPRB di tingkat Desa/Kelurahan,” ujarnya.

Studi tiru FPRB dan BPBD ini, dilanjutkan dengan diskusi bersama terkait penanganan bencana yang ada. Intinya, ilmu penanganan bencana dari FPRB BPBD Gunungkidul akan diterapkan di FPRB BPBD Wonosobo.

Muharno Zarka