Ikan Dewa. Foto: ist

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Sigit, warga Dusun Nerangan, Desa Mangunrejo, Kajoran, Kabupaten Magelang, menemukan jenis ikan Dewa, beberapa hari lalu. Ikan tersebut saat sekarang masih di akuarium milik Perangkat Desa Mangunrejo, Iksan.

Penemuan ikan langka itu sempat diinformasikan kepada Kepala Disporapar Jawa Tengah, Setyo Irawan, ATD MM saat menghadiri acara Bakti Pepunden, di desa setempat, Minggu (2/10).
“Penemuan jenis Ikan Dewa ini perlu segera dilaporkan, mungkin jenis ikan yang sudah langka dan perlu dilindungi,” kata kepala Disporapar.

Menurut Seketaris Dusun Nerangan, Sigit, ikan Dewa tersebut termasuk ikan langka yang hidup di Kali Tangsi. Kali Tangsi merupakan sungai yang aliran airnya mengalir dari lereng Gunung Sumbing. Melalui Desa Kopeng, Sutopati, Kajoran, Nerangan dan bermuara di Sungai Progo.

Masyarakat setempat menyebutnya Ikan Unjar dan cara menangkapnya pada waktu gelap. Umpannya pun khas, yaitu padi yang sudah kuning. Ikan tersebut sudah sulit ditemukan, tetapi pedagang ikan berusaha menangkapnya dengan segala cara. Karena harganya yang mahal. Satu kilogram bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Penggagas tradisi Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro Setrodiharjo,
kagum melihat bentuk ikannya yang unik dan khas. Dia mengaku teringat dengan ikan yang terdapat di relief Candi Borobudur. “Ikan yang bernama latin Tor Soro dan dikenal dengan sebutan ikan Kandelan atau Masheer termasuk ikan pribumi yang telah ada di danau purba Borobudur,” katanya, hari ini Senin (3/10).

Ikan yang memiliki bentuk unik, yakni pipih agak bulat panjang itu, sisiknya besar-besar, dan bagian tubuhnya memiliki dua warna yang berbeda yaitu putih dan kuning keemasan. Di tengahnya ada garis tengah hitam, dengan siripnya yang panjang agak tipis berwarna oranye kemerahan.

Sejumlah tokoh melihat Ikan Dewa di akuarium milik Perangkat Desa Mangunrejo, Kajoran, kemarin. Foto: eko

Salah satu peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Novita, ketika dihubungi hari ini berpendapat, patut dan semestinya dilestarikan dengan rasa handarbeni. “Masyarakat Dusun Nerangan harus merasa handarbeni dan hangrungkebi. Artinya merasa ikut memiliki, menjaga dan melestarikan keberlangsungan hidup ikan Dewa dan ikan lainnya. Sekaligus menjaga kejernihan dan kebersihan Kali Tangsi,” katanya.

Itu didasarkan pada kesadaran dan komitmen seluruh masayarakat sebagai implementasi dari nilai-nilai spiritual, manfaat dan makna sungai beserta komunitasnya bagi keberlangsungan hidup warga Dusun Nerangan.

Salah satu warga setempat, Setyo Irawan, mengatakan, ikan tersebut senang bermain di aliran pompa air yang arusnya deras. Sama halnya ketika ikan langka itu berada di sungai, senang bermain di air yang jernih, arusnya deras dan di dalam kedung (air tenang yang dalam).

Menurut dia, alangkah baiknya ikan langka itu dibudidayakan dan dibuatkan penangkaran ikan. Itu bisa menjadi komoditi bagi perekonomian maupun pariwisata.

Setyo Irawan menambahkan, ikan tersebut sebaiknya terlebih dahulu didatakan ke Dinas Perikanan. Dengan harapan dapat disurvei dan dapat ditindaklanjuti cara pelestarinnya. Hingga nantinya sebagai bagian dari pariwisata dan ekonomi kreatif.

Tokoh pemuda setempat, Efi, menuturkan, Karang Taruna Nerangan bersama masyarakat telah berupaya untuk menjaga kelestarian ikan Dewa dari kepunahan akibat penangkapan liar dengan cara disetrum, menggunakan obat atau alat peledak. Ikan Dewa tersebut sudah dikembangbiakkan dan ada juga yang dijadikan hiasan dengan cara dipelihara di akuarium. Untuk menjaga kelestarian sungai, pihak kampung pun memasang papan peringatan di jalan masuk dusun dan di pinggir sungai.

Intinya, boleh memancing ikan dengan cara yang baik dan tidak merusak alam. “Masyarakat juga turut serta mengawasi penangkap ikan Dewa. Jika melihatnya langsung melaporkan ke Kepala Dusun untuk diberi sangsi,” sambung Abdul warga setempat.

Eko Priyono