Senada dengan hal tersebut, Aldi, perwakilan mahasiswa UNY juga mengatakan, bahwa beberapa pelaku UMKM yang ada masih perlu dorongan untuk pengembangan ke arah pemasaran digital.
“Ada beberapa masyarakat yang belum terbuka sepenuhnya dengan program-program kita untuk pengembangan ini. Dari dosen pembimbing memang mengharapkan kami kaitannya untuk promosi UMKM, menuju digital,” jelas mahasiswa UNY jurusan Teknologi Informasi tersebut.
Meski demikian, pihaknya akan terus intens berkomunikasi dan mengedukasi kepada para pelaku UMKM agar nantinya bisa memanfaatkan peluang dalam pemasaran digital.
Terkait stunting, imbuh Aldi, kelompoknya juga berencana untuk mengembangkan aplikasi yang nantinya dapat mendukung upaya pencegahan dan penanganan stunting.
Belum Paham Stunting
Sementara itu, Dimas, perwakilan mahasiswa KKN Universitas Diponegoro Semarang menuturkan bahwa salah satu program yang difokuskan berkaitan dengan stunting.
“Program kami berupaya membantu mencegah maupun menurunkan stunting, setelah saya survei ke beberapa posyandu, masih banyak ibu-ibu yang belum paham terkait stunting. Saran saya mungkin edukasi bagaimana untuk mencegah dan dampak stunting pada anak-anak seperti apa untuk bisa terus digencarkan,” ucap Dimas.
Persoalan lain yang disampaikan oleh para mahasiswa KKN, adalah perlu ditingkatkan akses sinyal baik telepon seluler maupun internet dapat menjangkau hingga desa-desa pelosok di Kabupaten Blora. Termasuk memberi beberapa masukan terkait dengan akses infrastruktur jalan yang masih rusak, hingga kesulitan air bersih di wilayah Blora.
Menanggapi berbagai masukan dari para mahasiwa KKN, Tri Yuli Setyowati yang akrab disapa Mbak Etik mengungkapkan, bahwa hasil evaluasi dan diskusi agar disampaikan juga ke dosen pembimbing lapangan masing-masing. Dengan demikian efeknya masyarakat dan kampus bisa mendapatkan hasil yang diharapkan.