blank
Bupati Kudus HM Hartopo menyampaikan pentingnya pencegahan radikalisme di hadapan para santri. Foto:Diskominfo

KUDUS (SUARABARU.ID)- Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme kembali digelar pada Kamis (7/7). Para santri Pondok Pesantren Rohmatillah Gebog yang menjadi peserta mengikuti dengan antusias.

Salah satunya Sidiq, santri Ponpes Rohmatillah, menanyakan sikap yang harus diambil terhadap banjirnya berbagai informasi di era digitalisasi. Termasuk informasi paham radikalisme yang mudah diakses oleh semua kalangan.

“Saat ini hampir semua kalangan punya smartphone dan punya akses seluas-luasnya untuk mempelajari paham radikalisme. Kalau begitu, bagaimana cara kami memerangi radikalisme sebagai santri dan generasi penerus bangsa,” ucapnya.

Bupati Kudus Hartopo mengapresiasi santri yang mau bersama-sama bersinergi memerangi radikalisme. Menurutnya, banjirnya informasi yang tak terbendung memang menjadi dampak negatif digitalisasi. Namun, santri justru bisa ambil bagian memanfaatkan teknologi dengan dakwah mencegah paham radikalisme.

“Luar biasa, santri di sini pemikirannya kritis dan concern terhadap isu ini. Paling penting adalah memanfaatkan teknologi seperti media sosial untuk mengajak masyarakat menjauhi paham radikalisme,” paparnya.

Paham tersebut, lanjutnya, bukan bagian dari ajaran Agama Islam. Justru, radikalisme akan meruntuhkan ideologi Pancasila yang selama ini menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Para santri perlu memahami dan tidak gampang terpengaruh informasi yang menyesatkan.

“Itulah mengapa perlu saring sebelum sharing informasi. Para santri juga harus memahami bahwa Islam tidak mengajarkan radikal dan mencemooh golongan lainnya,” terangnya.

Senada, Wakil Ketua DPRD Kudus Mukhasiron mencontohkan wali songo yang berdakwah dengan media wayang untuk syiar Agama Islam. Kali ini, giliran santri yang memanfaatkan media sosial untuk mengajak masyarakat menjauhi radikalisme. Dirinya mengimbau santri menerapkan moderasi beragama yang telah diajarkan di pesantren.

“Kalau dulu pakai media wayang, sekarang manfaatkan media sosial untuk memerangi radikalisme. Itu senjata paling jitu. Caranya dengan moderasi beragama,” ujarnya.

Kepala Kantor Kemenag Kudus Suhadi memaparkan moderasi beragama adalah cara pandang untuk mengimplementasikan ajaran agama Islam sesuai konteks dan membangun kemaslahatan umum. Suhadi menegaskan penting bagi santri ikut andil untuk mencegah radikalisme.

Sebab, santri telah diajarkan ilmu memahami bahasa arab dan Al-Qur’an. Sehingga dapat menerapkan moderasi beragama. Sementara itu, penganut paham radikalisme hanya menerjemahkan Al-Qur’an tanpa melihat konteks.

“Pengikut radikalisme hanya menerjemahkan Al-Qur’an tanpa memahami makna yang tersirat. Para santri punya dasar memahami Al-Qur’an sesuai kaidah sehingga cocok jadi agen mencegah paham radikalisme masuk dalam masyarakat,” terangnya.

Dalam acara yang diinisiasi oleh Kantor Kesbangpol Kudus tersebut, beberapa tokoh hadir. Di antaranya Pengasuh Pondok Pesantren Rohmatillah, K.H. Abdul Manan Al Hafidz dan Gus Khifni Nasif yang bertindak sebagai moderator.

Ali Bustomi