Foto: sb

Oleh: Amir Machmud NS

MEDIA hidup berbasis dukungan publik audiensnya.

“Hukum” ini juga berlaku ketika dunia media sepenuhnya mengarungi digitalisasi dan konvergensi.

Perkembangan teknologi informasi yang tak henti berinovasi dalam beragam platform dan era algoritma google, juga bertopang pada public support.

Istilah viral, click bait, dan google adsense sesungguhnya menunjukkan “ideologi” media tak mungkin lepas dari kemauan publik.

suarabaru.id hidup dan tumbuh di tengah atmosfer yang sama. Namun, kami mencoba mengolah dan menyajikan yang berbeda.

“Faktor pembeda” itu adalah kehendak bersama kami — para pengelolanya –, untuk tetap memberi warna yang sedikit konservatif dalam sajian kami.

Kami coba untuk tetap mengawal nilai-nilai estetis jurnalistik di tengah “tuntutan ideologi viralitas”.

suarabaru.id, dengan segala risikonya, tak ingin terjerumus dalam sikap mutlak mengetengahkan dua wajah, “malaikat” dan “iblis” dalam ideologi penyajiannya.

“Malaikat”, ketika media berpedoman loyal kepada peran yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

“Iblis”, ketika media larut dalam pilihan menghalalkan cara dengan mengabaikan UU Pers dan KEJ.

Seperti harapan para stakeholder kami pada usia keempat ini, suarabaru.id berkomitmen menyuarakan kebenaran, kebajikan, dan keadilan.

Amir Machmud NS, Pemimpin Umum suarabaru.id