blank
Ganjar tak mempan saat "dibakar" dua perempuan Makassar. Foto: humas

Pepe-pepeka ri Makka
Lanterayya ri Madina
Ayya Allah parombasai natakabbere’ dunia

ALUNAN syair mengiringi empat perempuan naik ke panggung. Sambil memutar, mereka ikut merapal syair Pepe-pepeka ri Makka. Di tangganya, api menyala dari seikat ijuk.

Sesekali dia mengarahkan api ke lengan lalu ke badan. Sejurus kemudian, dengan sebuah isyarat mempersilakan, mereka mengundang sosok pria berambut putih untuk naik ke panggung.

Syair berbahasa Makassar itu masih berdendang, ketika dua perempuan mengarahkan api ke lengan sampai ke sekujur badan pria berambut putih.

BACA JUGA: DPRD Jepara Berharap KASN Segera Berikan Kepastian Hukum

Tak ada luka. Pun tak ada sisa menyala, meski beberapa saat api dijalarkan. Pria berambut putih itu justru tersenyum, begitu melihat raut bahagia yang terpancar dari empat perempuan itu.

Seolah lega, orang yang mereka “bakar” tak mempan dilalap api. Tak lama kemudian pria itu kembali ke tempat awal dia duduk.

Sekembalinya ke tempat duduk, pria berambut putih mengaku telah dua kali “dibakar” seperti itu. Tak ada yang terbakar, tak ada luka, bahkan tidak merasakan panas. ”Yang pertama saat penobatan saya sebagai Daeng Manaba, juga dibakar,” kata dia.

BACA JUGA: Sambut HUT ke-76 Bhayangkara Polres Klaten Gelar Donor Darah

Daeng Manaba merupakan gelar bangsawan Bugis untuk Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Berbagai prosesi dan adat masyarakat Sulawesi Selatan memang tak asing bagi Ganjar, termasuk Pepe-pepeka ri Makka. Terlebih prosesi itu memiliki nilai filosofis tinggi, dan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat di Sulsel.

Secara bahasa, Pepe-peperi ri Makka berarti kobaran api di Makkah. Dari pengartian secara bahasa itu, akhirnya didapat sebuah nilai bahwa masyarakat Bugis, Makassar khususnya, ikut memegang semangat dakwah sebagaimana yang dilakukan di Makkah.

Momen dibakar yang kedua ini dirasakan Ganjar saat dirinya dijadikan salah satu tauladan bersama sembilan gubernur lain, dalam pembentukan desa antikorupsi.

BACA JUGA: Ambil Sumpah Kewarganegaraan, Kakanwil Minta WNI Baru Setia NKRI

Acara itu diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi di Gowa, Sulsel, Selasa (7/6/2022). KPK telah menetapkan 10 desa di Indonesia, sebagai percontohan desa antikorupsi.

Desa Banyubiru di Kabupaten Semarang, menjadi salah satunya. Desa itu dianggap bisa mengelola sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan seluruh anggaran yang diterima.

”Desa Banyubiru menjadi salah satu dari 10 desa di 10 provinsi yang dipilih KPK, untuk jadi percontohan desa antikorupsi. Ini akan jadi pioner. Pulang dari sini, saya perintahkan semua desa di Jateng melakukan itu,” imbau Ganjar.

Layaknya prosesi Pepe-peperi ri Makka, Ganjar mendapat kepercayaan dari KPK untuk terus berdakwah laku antikorupsi, sampai ke desa-desa. Begitu pula pada sembilan gubernur lain yang diundang ke sana.

Riyan