WONOSOBO (SUARABARU.ID)– Wakil Bupati Wonosobo, M Albar menyampaikan, sebagai daerah agraris yang sebagian besar warga berprofesi sebagai petani, sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan penyumbang ekonomi terbesar di daerah ini.
Karena itu pihaknya menilai, pengembangan budidaya sektor pertanian, peternakan dan perikanan merupakan upaya yang patut didukung semua pihak. Sektor pertanian bisa menjadi emas hijau di daerah pegunungan ini.
”Saya menilai, pengembangan budidaya sektor pertanian, peternakan dan perikanan, merupakan upaya yang patut didukung,” katanya, saat meresmikan budidaya sapi perah Kelompok Wanita Tani (KWT) Tani Mukti Penawangan, Kelurahan Tawangsari, Wonosobo, Selasa (15/2/2022).
BACA JUGA: Rumah Warga Pasuruan Watumalang Wonosobo Terbakar, Ini Penyebabnya!
Gus Albar menambahkan, ide mengoptimalkan pengolahan limbah, seperti yang dilakukan pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), merupakan upaya kreatif yang sangat baik dan perlu didukung semua pihak.
”Sehingga sampah atau limbah dapat terpilah secara baik. Dapat dilakukan pengolahan lanjutan, untuk menciptakan pemanfaatan baru, maupun untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan,” ujar dia.
Pemanfaatan lahan, menurutnya, juga bisa menjadi alternatif dalam rangka ketahanan pangan. Yakni dengan memanfaatkan lahan terbatas di sekitar rumah, untuk dijadikan lahan budidaya pertanian.
BACA JUGA: Tokoh Lintas Agama Hadiri Penutupan Perayaan Imlek di Kelenteng Kwan Sing Bio
Hal itu, kata Albar, tentu dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti sayuran, rempah, ikan, ternak dan lain sebagainya. Walaupun tidak banyak, namun hal itu bisa membantu peningkatan ekonomi keluarga.
Menurutnya, saat ini lahan sangat terbatas. Maka dengan memanfaatkan lahan yang terbatas ini, bisa membantu untuk ketahanan pangan atau minimal untuk penopang ekonomi keluarga.
”Misalnya dengan menanam sayuran, rempah, kolam ikan, juga hewan ternak jika memungkinkan. Walaupun sedikit, saya yakin itu bisa membantu,” tegas Gus Albar.
BACA JUGA: Perbaikan Jalur, KAI Tutup Akses Perlintasan Alastua Semarang
Sedangkan Ketua KWT Tani Mukti Tawangsari, Hartati mengungkapkan, kelompok ini terbentuk sejak 2010, dan mulai melakukan pengolahan pada 2012. Di KWT ini, berisi kegiatan peternakan dan pengolahan hasil budidaya sapi perah.
Yang diolah, terang Tatik, berupa yogurt, permen susu, stik susu, kerupuk susu. Produksinya pun telah mampu menghasilkan susu perahan 150-300 liter per hari. Pemasaran juga sudah meluas secara Nasional. Salah satunya masuk super market.
”Kami tergabung dalam KWT ini sudah ada kegiatan peternakan dan pengolahan, khususnya budidaya sapi perah, yang hasilnya diolah menjadi yogurt, permen susu, stik susu dan kerupuk susu,” bebernya.
BACA JUGA: ‘Selamat Yo Le Arhan, Cita-citamu Bermain di Luar Negeri Terwujud…’
Pada kesempatan itu, Gus Albar juga menyempatkan waktu untuk melakukan panen perdana kapulaga, yang dibudidayakan Kelompok Tani ‘Tani Makmur’, yang memanfaatkan lahan yang tidak begitu luas, dengan penggunaan pupuk hasil olahan pengolahan sampah Pentassari.
Ketua Kelompok Tani ‘Tani Makmur’, Umar mengungkapkan, budidaya kapulaga yang dilakukan warga ini, memiliki program dengan tujuan akhir “Pulau Berdasi”, yang melalui beberapa tahapan, yakni lanjut, pemula, utama dan Pulau Berdasi.
Program itu, katanya, ditargatkan pada 2025 nanti sudah mencapai “Tahapan Pulau Berdasi”, yaitu siapa pun yang terlibat dalam kelompok tani ini, berhak mendapatkan kesejahteraan.
BACA JUGA: BMKG Perkirakan Hujan Ringan Hingga Lebat Turun di Sejumlah Kota Besar
Tanaman kapulaga dipilih, lanjut dia, selain untuk memenuhi kebutuhan, tanaman itu paling tepat dengan agroklimaks di Tawangsari, yang cocok dengan geografisnya. Dengan budidaya yang benar, diharapkan akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan program sistematis ini, anggota kelompok tani akan mempelajari dan mengajari kepada para petani, bagaimana cara budidaya kapulaga yang benar.
Selain itu, Wabup juga melakukan kunjungan ke tempat produksi kain batik tulis, Kelompok Batik Abirama, yang memanfaatkan bahan baku warna alami. Salah satunya dengan pemanfaatan kayu mahoni dan akasia, sebagai bahan pewarna dasar.
BACA JUGA: Artis Senior Dorce Gamala Meninggal Dunia
Ketua Kelompok Batik Abirama, Sakdiyah menyatakan, kelompok perajin batik ini terbentuk sejak September 2015. Anggotanya adalah mantan TKI buruh migran Tanosi. Dan saat ini anggotanya sudah mencapai 100 orang.
”Kami terbentuk sejak 12 September 2015. Satu kelompok mantan TKI buruh migran Tanosi, dengan membuat batik tulis dengan nama Abirama. Uniknya, kami mengambil warna dengan bahan alami, yaitu warna kayu mahoni dan akasia,” ungkapnya.
Muharno Zarka-Riyan