blank
Ketua PWI Jateng (kiri) bersama pejabat terkait membawa bibit tanaman yang akan ditanam di sumber air Semaren, Sawangan, Kabupaten Magelang, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Ketua PWI Jateng,Amir Machmud NS, menilai peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Kabupaten Magelang beda dari lazimnya peringatan HPN di daerah lain di Jawa Tengah. “Puncak peringatan HPN yang diselenggarakan PWI Kabupaten Magelang ini saya rasakan betul-betul memancarkan cinta dan kasih sayang,” katanya ketika memberi arahan pada peringatan HPN di mata air Semaren, Desa/Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, hari ini.

Acaranya diisi penanaman bibit tanaman penghijauan di lokasi sumber air tersebut. “Tentu tidak ada perasaan cinta yang diungkapkan, manakala tidak memilih spot kegiatan yang menunjukkan keberpihakan kepada kelangsungan ekosistem di sekitar kita. Peringatan HPN tahun 2019 dan 2022 ditunjukkan nyata benar oleh wartawan Kabupaten Magelang,” katanya.

Dikatakan juga, perasaan cinta pula yang mendorong wartawan daerah itu membaktikan pikiran, tenaga, dan perhatian kepada organisasi. Karena perasaan sayang dan cinta, anggota PWI daerah itu mencoba untuk menerjemahkan kewajiban dan tugas organisasi ke dalam kegiatan-kegiatan yang mengait dengan bagaimana organisasi profesi wartawan mencoba untuk membangun kemartabatan, profesionalitas dan eksistensi.

blank
Sekda Kabupaten Magelang, H Adi Waryanto, menyerahkan potongan tumpeng kepada Ketua PWI Jateng dalamn rangka peringatan HPN hari ini. Foto: eko

Disinggung pula, setelah mengobrol dengan sejumlah pejabat setempat, dia nilai kemartabatan wartawan adalah bagian dari ruh perjalanan profesi dan organisasi yang harus dimahkotakan oleh wartawan di mana pun. Dengan memahkotakan profesi, maka dia yakin bahwa kita harus mampu menanamkan respek. Ketika para mitra kerja memberikan respek dan penghargaan nyata kepada profesi kita, maka cara membalas respek yang tepat adalah dengan bagaimana kita memancarkan respek itu ke dalam diri kita sendiri. “Bagaimana kita menunjukkan profesionalitas dengan kemampuan jurnalistik yang nyata, dengan etika jurnalistik yang bisa dirasakan oleh masyarakat,” tuturnya.

Karena dia yakin, perlindungan profesi kewartawanan, perlindungan terhadap tugas dan kewajiban sehari-hari ketika menjalankan profesi, terutama adalah bagaimana kita mampu memancarkannya untuk melindungi masyarakat. “Wartawan harus menyadari itu,” tandasnya.

Dia pun mengingatkan, melindungi profesi berarti menjalankan ketentuan hukum pers. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menggariskan peran pers atau peran media adalah memberi informasi, pendidikan, hiburan, dan menjalankan kontrol sosial. Dalam Kode Etik Jurnalistik, peran ideal itu tidak cukup hanya dilaksanakan secara tekstual sebagaimana perintah undang-undang itu.

Tetapi harus menyadari ada tanggung jawab sosial, agenda-agenda sosial yang harus dijalankan dan agenda itu bersama masyarakat menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga keseimbangan dalam kehidupan ekosistem kita. Bersama masyarakat menjaga keberagaman, kebhinekaan.

Karena sadar bahwa elemen-elemen keberagaman adalah keniscayaan ke-Indonesiaan yang sudah menjadi sunatullah. “Sejak lahir kita ini adalah bangsa Indonesia, yang berbagai-bagai,” ujarnya.

Mengapa dia terharu dan memberi penghargaan terhadap kegiatan yang dilakukan PWI Kabupaten Magelang hari ini, karena merupakan contoh nyata bahwa wartawan membangun eksistensi bersama masyarakat.

Ditegaskan, Undang-Undang Pers bukan sekadar melindungi wartawan dalam menjalankan tugas dan profesi. Tetapi juga mengayomi dan melindungi masyarakat, dari kemungkinan anarkisme pemberitaan, dari kemungkinan luka yang bisa ditimbulkan oleh perjalanan jurnalistik. Melindungi masyarakat dari kekejaman yang ditimbulkan oleh berita-berita dari wartawan.

blank
Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS, menanam bibit tanaman di sumber air Semaren, Sawangan, Kabupaten Magelang, hari ini. Foto: eko

Maka dia minta kepada masyarakat untuk berkomunikasi apabila ada persoalan yang menyangkut pemberitaan media. Diminta jangan ragu-ragu, jangan sungkan untuk menanyakan, apakah perilaku wartawan yang seperti itu benar. Apakah perilaku wartawan yang melanggar etika itu dapat dibenarkan. “Dengan berkomunikasi, berinteraksi dan ketidakraguan untuk menanyakan, akan menjadi makin tahu bahwa wartawan bukan makhluk yang sama sekali tidak tersentuh. Karena kita punya undang -undang, harus mematuhi kode etik dan hidup dalam sebuah sistem hukum di negara demokrasi yang di dalamnya ada elemen-elemen yang saling mengait dan membutuhkan. “Yang kurang akan membutuhkan yang lebih dan yang lebih akan merasa harus memancarkan kelebihan dan keunggulannya bagi yang kurang,” lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama dia ungkapkan, puncak acara peringatan HPN Jateng akan dipusatkan di Kendal pada 19 Februari. Pesan yang akan disampaikan, dia mengajak semua elemen media termasuk masyarakat untuk meningkatkan kearifan dalam bermedia. Era sekarang tidak hanya mengenal media massa tetapi juga media sosial.

Dia menilai, ruang digital kita sekarang ini sudah sangat keruh, nyaris hampa etika. Kalau dipahami, pesan-pesan dalam kitab suci Alquran mengajarkan tentang bagaimana harus berkata yang benar, mudah dipahami, penuh kasih sayang, penuh kelembutan. Dalam surat An-Nisa, Attaubah, ada sejumlah hal yang terkait dengan tuntunan untuk menyampaikan informasi dengan perkataan yang tepat. Kita jangan melupakan semua itu.

“Yang ditangkap sehari-hari adalah percakapan dengan nada tinggi, saling menghujat, saling merespon, yang berujung kepada laporan-laporan ke polisi. Ada pemaksaan-pemaksaan opini untuk mewakili kepentingan majikannya. Dalam segi politik, sosial, juga ekonomi. Apa yang bisa ditangkap dari fenomena itu. Sekali lagi ruang digital sungguh sangat keruh,” tegasnya.

Adapun yang mampu untuk menjernihkan antara lain kita sendiri. “Bapak dan ibu sekalian ditambah komitmen wartawan,
ayo kita jadi penjernih dan pembening informasi. Kalau hari ini kegiatan bertema: Memayu banyu ngreksa wana, hal yang sama harus dilakukan, ayo kita memayu media kita. Ngreksa rasa, itu lah ajakan saya,” katanya.

Dia berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan terhadap acara itu. Amir berharap PWI di daerah itu akan menjadi PWI yang khas, berbeda dari PWI daerah lain. Terutama dalam menggelar kegiatan yang memiliki faktor pembeda seperti dilakukan hari ini.

Pengaruhnya bukan langsung bisa dilihat saat ini juga. Tetapi untuk masa depan. Ada beberapa nama wartawan yang akan jadi sejarah bagi Desa Sawangan.

Makin Dewasa

Sekda H Adi Waryanto yang mewakili Bupati Zaenal Arifin dalam acara itu memberikan ucapan selamat Hari Pers tahun ini. Dengan bertambah umur juga diharapkan pekerja pers juga semakin dewasa dalam menjalankan tugas profesi selaku jurnalis. Dia juga berterima kasih dan mengapresiasi kepada anggota PWI Kabupaten Magelang atas peran sertanya dalam mendukung kelestarian alam.

Penanaman pohon hari ini dinilai merupakan agenda kegiatan yang sangat tepat untuk dilaksanakan di situasi saat ini. Di musim hujan banyak terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir. Sehingga menanam pohon merupakan bagian dari upaya pencegahan akan terjadinya tanah longsor dan banjir.

Selaras dengan tema yang diusung dan telah dianugerahinya Desa Sawangan berupa tropi Proklim katagori Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di tahun 2021 semoga kegiatan itu menjadi pemacu untuk senantiasa menjaga dan melestarikan alam. Dengan melestarikan alam akan menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan alam sekitar dalam upaya menjaga alam. Alam pun akan menjaga kita.

Manfaat menjaga kelestarian dan keseimbangan alam akan membuat manusia hidup yang sehat. Karena lingkungan yang lestari dan seimbang akan mampu berfungsi secara optimal. “Karena alam bertindak sebagai penyokong kehidupan baik sebagai penyedia oksigen pengolah karbondioksida maupun gas racun yang lain. Hingga sebagai sumber makanan,” katanya.

Bermanfaat

Kades Sawangan, H Haryanto, berterima kasih kepada PWI yang memilih kegiatan di Sendang Maren dengan tema: Memayu banyu ngreksa wana. Harapan dia, wemoga yang dilakukan PWI bisa bermanfaat bagi warga Sawangan dan Kabupaten Magelang. “Mengadakan penanaman bibit pohon di sumber air ini pilihan yang tepat karena sumber air ini dimanfaatkan dan dikelola PDAM Tirta Gemilang untuk pemasok air nomor dua di Kabupaten Magelang. Jadi penanamam bibit tanaman ini sangat tepat,” katanya.

Harapan lain, semoga bisa mendorong warga masyarakat untuk melestarikan alam di sekitar kita. Di desa itu ada dua sumber air. Di Semaren dikelola PDAM untuk menyuplai air warga Muntilan dan Sendang Mudal yang airnya lumayan besar untuk warga sekitar, Sawangan dan Mungkid. Dia ingin warga bisa menjaga karunia Allah dan bermabnfaat sampai luas.

“Warga telah melestarikan alam dengan penanaman pohon oleh Karang Taruna dan masyarakat di bantaran sungai yang berjalan dengan baik dan mudah-mudahan bisa berlanjut dengan adanya penanaman pohon dari PWI ini,” harapnya.

Eko Priyono