blank
Gereja Blenduk, salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Kota Lama Semarang. Bangunan ini selain sebagai salah satu wisata sejarah, juga masih beroprasi sebagai tempat ibadah. Foto: Rona Napitupulu

KOTA LAMA Semarang, kini menjadi destinasi penting. Berbeda dengan 10-20 tahun lalu, tempat ini masih sepi, bahkan kumuh. Tetapi semenjak pembangunan kawasan ini dimulai, kemudian banyak perubahan terjadi.

Di Kota Lama, banyak sekali bangunan kuno yang kemudian direstorasi. Kemudian digunakan untuk kepentingan pariwisata, misalnya kafe, museum, dan penjualan barang-barang antik serta kerajinan. Di Kawasan seluas sekitar 31 hektar ini, terdapat sebuah bangunan yang menjadi ikon, yaitu Gereja Blenduk.

Bangunan gereja ini masih dipergunakan untuk ibadah jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB).Gereja Blenduk berdiri tegak di samping Taman Srigunting, Jalan Suprapto No 32.

Pada tahun 1742 belum terbentuk gereja, masih seperti barak yang dihuni oleh bangsa Portugis, dan kemudian tahun 1753 bangsa Belanda masuk, dan membentuk sebuah gereja yang saat ini disebut gereja Blenduk.

blank
Orgel, alat musik antik yang masih ada di Gereja Blenduk. Foto: Rona Napitupulu

Gereja ini di desain dengan mengikuti gaya Eropa, segi delapan yang menggambarkan salib. Pihak Belanda melakukan perubahan pada gereja Blenduk dengan mendirikan dua buah Menara didepan gereja.

Bentuk atapnya pun diubah seperti kubah setengah bola. Bangunan seperti kubah inilah yang kemudian menjadikannya mendapatkan tetenger atau penanda dengan nama Blenduk, Gereja Blenduk.

Arsitek dan mantan Rektor Undip Prof Ir. Eko Budihardjo bila melakukan presentasi ke luar negeri menyebutnya sebagai The Pregnance Church. Karena bentuknya yang mblendhuk seperti perut perempuan hamil ini, maka Prof eko menyebutnya pregnance church.