blank

Oleh :  Aliva Rosdiana, S.S., M.Pd.

Gangguan belajar (learning disabilities) dan kesulitan belajar (learning difficulties) pada anak adalah dua hal berbeda. Tak semua guru dan orang tua mampu membedakan dengan baik dua hal ini. Padahal dengan mengetahui kategori masalah belajar yang  dihadapi oleh anak, orang tua dan guru dapat membantu untuk membenahi  cara belajar dan mendampinginya.

Seringkali guru dan orang tua berasumsi bahwa anak atau anak didiknya   memperoleh nilai sangat kurang dikarenakan mereka malas belajar atau kurang berlatih.  Menurut literatur ilmiah dan ilmu kependidikan mengkategorikan masalah belajar pada anak dibagi menjadi dua:

Pertama, masalah primer, disebut juga gangguan belajar (learning disabilities). Penyebab masalah ini adalah gangguan neurologis di otak yang mengakibatkan adanya gangguan perkembangan secara kognitif pada area inteligensi.

Adapun gangguan belajar yang sering dialami anak salah satunya adalah membaca (disleksia). Kendala membaca yang dialami bagi anak dengan gangguan disleksia adalah mengenali huruf-huruf, angka-angka dan simbol-simbol atau tanda baca, mengenali kata-kata, menganalisa kalimat, dikte (mencongak), teknik membaca, memahami bacaan, dan menggunakan bahasa. Hal ini akan berpengaruh pada gangguan lainnya seperti menghitung (diskalkulia) dan menulis (disgrafia).

Kedua, masalah sekunder, disebut juga kesulitan belajar (learning difficuclties). Penyebab masalah ini adalah lingkungan keluarga dan bahkan lingkungan budaya  anak dan lingkungan sekolah yang tidak mendukung proses pembelajaran karena  metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, Selain itu, masalah kesulitan belajar juga disebabkan kurang matangnya anak menerima pembelajaran.

Penanganan yang berbeda

Pada prinsipnya anak yang mengalami kesulitan belajar dan juga gangguan belajar orang tua dan guru harus bersinergi memberikan perhatian dan membimbing anak.  Selain itu juga perlu ada pembedaan antara keduanya karena perlakuan yang tidak sama.

Pada anak dengan kesulitan belajar yang bisa dijadikan pertimbangan adalah strategi prior knowledge, yaitu metode pendekatan guru dengan memberikan materi sebelumnya untuk pertemuan berikutnya.

Selanjutnya, guru memberikan metode evaluasi atau self-monitoring sebagai kontrol perkembangan anak. Namun, kontrol itu tidak serta merta memberikan tugas banyak kepada anak didik. Intinya adalah ajak siswa berpartisipasi dan berdiskusi.

Hasil dari partisipasi dan diskusi ditulis oleh anak dalam catatan mind mapping. Catatan ini akan memudahkan siswa mempelajari dan mengulang materi. Melalui pendekatan personal, guru dapat memberikan solusi kesulitan materi kepada siswa.

Pendekatan personal ini bisa melalui pengajaran resiprokal (reciprocal teaching) dialog interaktif guru dengan siswa untuk membangun pemahaman siswa terhadap materi dan tugas. Selain pendekatan guru dan murid, pendekatan antar siswa melalui kelompok belajar juga penting. Guru dapat membentuk kelompok belajar di dalam kelas untuk menyelesaikan tugas.

Sementara kesulitan  anak dengan gangguan belajar primer orang tua lebih memiliki peran penting. Karena itu  orang tua dan guru harus bersinergi dalam mendampingi anak. Penanganan yang bisa dilakukan adalah memperbanyak waktu membaca di rumah.

Orang tua perlu mendampingi anak memahami bacaan dengan membuat suasana membaca menjadi menyenangkan. Menghindari celaan jika anak melakukan kekeliruan membaca agar tidak menjatuhkan mental anak. Jika perlu, orang tua dan guru membacakan buku untuk anak-anak.

Kedua masalah primer maupun sekunder memiliki penanganan yang berbeda. Sebab masalah yang melatarbelakangi sangat berbeda. Namun, keduanya tetap membutuhkan perhatian orang tua dan guru dengan saksama agar anak memiliki kepercayaan diri dan minat belajar yang tinggi.

Penulis adalah Dosen Unisnu dan Wartawan Suarabaru.id