BLORA (SUARABARU.ID) – Petugas gabungan dari anggota Satlantas Polres Blora, Dinas Perhubungan Blora, dan PT Jasa Raharja melakukan sambang ke lokasi penyebrangan Sungai Bengawan Solo di wilayah kecamatan Cepu dan Kedungtuban. Rabu, (17/11/2021).
Kegiatan ini juga dihadiri Staf Kecamatan Cepu, konsultan transportasi, serta Bhabinkamtibmas Polsek, dan anggota Koramil setempat,
Tiga lokasi penyeberangan tradisional sungai Bengawan Solo yang disambangi adalah di desa Jipang dan desa Ngloram Kecamatan Cepu, di desa Jimbung Kecamatan Kedungtuban.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kanit Kamsel Satlantas Polres Blora Iptu Sri Retno Yogo, Kasi Pembangunan Kecamatan Cepu Priyono, dan Kepala Seksi Angkutan Bidang Perhubungan Blora Ngadiyanto, S.Sos, serta Perwakilan PT Jasa Raharja Cahya Primarta.
Didampingi Kepala Desa setempat, petugas menyampaikan imbauan keselamatan kepada pemilik penyebrangan tradisional serta kepada warga yang akan menyeberang.
Selain menyampaikan imbauan keselamatan, petugas juga menyerahkan bantuan berupa pelampung keselamatan dan beras untuk pemilik penyeberangan tradisional.
Operasi Zebra
Kasat Lantas Polres Blora AKP Edi Sukamto,SH,MH melalui Kanit Kamsel Iptu Sri Retno Yogo menyampaikan bahwa kegiatan sinergitas ini adalah sesuai dengan instruksi Kapolres Blora AKBP Wiraga Dimas Tama, S.I.K. Ini merupakan sinergitas antara Polres Blora bersama Dishub dan PT Jasa Raharja untuk mencegah terjadinya kecelakaan di air Sungai yang dikhawatirkan terjadi saat musim hujan saat ini.
“Hari ini bersama Dinas Perhubungan dan PT Jasa Raharja, kita lakukan edukasi protokol kesehatan dan edukasi keselamatan lalu lintas, terutama lalu lintas air di penyeberangan tradisional Bengawan Solo,” kata Iptu Yogo.
Lebih lanjut, Iptu Yogo menambahkan bahwa kegiatan ini sekaligus dalam rangka Operasi Zebra Candi 2021 Polres Blora. Yang dikedepankan penyuluhan dan sosialisasi keselamatan lalu lintas.
“Kita imbau kepada pemilik ataupun operator penyeberangan perahu tradisional agar selalu berhati- hati dan mengutamakan keselamatan. Jangan sampai over kapasitas penumpang, dan tentunya sarana keselamatan harus diperhatikan,” tambah Iptu Yogo.
Masih dalam rangkaian kegiatan tersebut, pemilik penyebrangan tradisional di Sungai Bengawan Solo itu, juga mendapatkan bantuan pelampung keselamatan serta bantuan beras.
Kasi Angkutan Dinas Perhubungan Blora Ngadiyanto menyampaikan bahwa hari ini diserahkan sebanyak 24 pelampung kepada pemilik penyebrangan tradisional diwilayah kecamatan Cepu dan Kedungtuban. Tiap titik mendapat bantuan delapan pelampung.
“Kita serahkan 24 pelampung keselamatan, sekaligus kita sampaikan imbauan agar pemilik perahu melengkapi perahunya dengan sarana keselamatan. Karena bantuan terbatas. Mungkin mereka bisa memanfaatkan ban dalam mobil ataupun jerigen untuk pelampung bantuan. Dan kedepan akan kita usahakan untuk menambah jumlah penampungnya,” ungkap Ngadiyanto.
Ngadiyanto Mengatakan, bahwa pihaknya bersama instansi lintas sektoral seperti dari Kodim, dan Polres Blora tak bosan menyampaikan imbauan keselamatan kepada para pemilik penyebrangan tradisional utamanya pada musim hujan seperti ini, dimana saat ini rawan terjadi Banjir Bandang Sungai Bengawan Solo.
Penyerahan bantuan pelampung tersebut mendapat tanggapan positif dari Kepala Desa Jipang Ngadi, ia mengaku senang dengan adanya perhatian kepada warganya.
“Kami ucapkan terima kasih atas bantuannya, tentunya sangat bermanfaat bagi warga pemilik penyeberangan tradisional. Terutama sebagai sarana keselamatan saat musim banjir seperti ini,” kata Ngadi.
Penyeberangan perahu tradisional di wilayah desa Jipang, Ngloram, Jimbung dan desa sekitarnya masih menjadi sarana favorit untuk berlalu lintas, karena dipandang lebih hemat dan cepat. Adapun penyebrangan tradisional disini adalah menghubungkan dua provinsi yaitu Kabupaten Blora Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Untuk tarif penyebrangan itu sendiri sekali menyebrang Rp 3000 sampai Rp 5.000 rupiah sekali jalan.
Bakir, salah satu warga Kecamatan Ngraho Jawa Timur menuturkan bahwa dirinya lebih memilih jalur air daripada jalur darat. Karena jika jalur darat memutar lebih jauh dan memakan waktu yang lebih lama.
“Sejak dahulu, sudah biasa lewat sini pak, lebih cepat dan hemat,” kata Bakir.
Kudnadi