blank
ilustrasi

Oleh Masruriblank

PERNAH dengar nasihat sesepuh, salah satu faktor yang menjadikan Nabi Muhammad SAW bersifat  fathanah atau cerdas itu? Karena semasa balita, beliau disusui oleh Halimah Sakdiyah, sosok wanita yang dikenal  dengan kecerdasannya. Menurut teori lama, kecerdasan anak lebih ditentukan ibu daripada ayah. Karena itu, zaman dulu keluarga Arab yang ingin memiliki anak cerdas, mereka rela membayar wanita yang cerdas untuk menyusui anak-anaknya.

Tentunya, secara fiqih tradisi ini bisa menimbulkan hukum baru. Karena anak itu akan menjadi saudara mahram, sehingga haram dinikahi oleh anak kandung Ibu penyusunya. Namun itu tidak masalah, karena orang Arab sangat menjaga kemurnian gen ketika menikah dan  data anak kandung dan anak sepersusuan juga tersusun rapi.

Pendapat lain mengatakan,  lelaki yang memiliki kecerdasan luar biasa, sebaiknya menikahi wanita cerdas. Sedangkan pria yang tidak cerdas tetap memilih wanita cerdas. Itu karena anak-anak yang disusui wanita cerdas lebih berpeluang menjadi cerdas daripada yang sekedar diturunkan lelaki cerdas.

Tentu saja tradisi ini perlu didukung sistem sosial yang cocok seperti bangsa Arab pada zaman Rasulullah masih balita. Sistem nilai itu digambarkan, pria yang istrinya dikontrak keluarga lain untuk menyusui bayi orang lain itu harus mengikhlaskan istrinya, baik sebagai pekerjaan profesional yang menjual jasa menyusui atau untuk amal.

Paparan tentang ASI dari segi medis yang ditemukan baru soal nutrisi atau gizi yang terkandung pada ASI yang istimewa, namun bagaimana pengaruhnya terhadap susunan syaraf dan rangsangan atas daya pikir otak, belum ada informasi. Tentang kecerdasan anak itu dipengaruhi tiga faktor : genetik, gizi dan  lingkungan. Gizi dalam ASI sangat berperan dalam peningkatan tingkat kecerdasan atau pembentukan otak anak.

Faktor lain tentang kecerdasan anak adalah lingkungan dan pola asuh orangtua. Rahasia Rasulullah diyatimpiatukan oleh Allah sejak  kecil itu karena Allah sendiri yang mendidik beliau secara langsung, jadi bagaimana Rasulullah tidak  menjadi cerdas?

Namun ada anak yang disusui Ibu yang sama, setelah besar mereka memiliki tingkat kecerdasan berbeda. Wanita diyakini lebih memiliki peluang mewariskan kecerdasan pada anak ketimbang pria. Ada juga penelitian menarik tentang ditemukan ikatan emosional yang lebih baik antara Ibu dan anak itu sangat penting bagi pertumbuhan beberapa bagian otak. Dan secara umum orangtua yang cerdas juga menghasilkan anak cerdas.

Namun, hal ini tidak mutlak, bisa jadi kedua orang tua memiliki kecerdasan sedang, namun anaknya memiliki IQ tinggi, atau sebaliknya. Karena selain faktor genetik, kecerdasan anak bergantung dari lingkungan juga.

Namun  pengaruh itu menjadi lebih kecil jika anak sudah tumbuh dewasa. Karena anak tidak hanya berbagi gen namun juga berbagi keluarga dan lingkungan, maka penentunya juga ditentukan dengan siapa dia bergaul, makanan apa yang dia makan, buku apa yang dia baca, dan bagimana kualitas pendidikan yang memengaruhi kecerdasannya.

Cerdas Mata Hati

Bagi orang tua, anak adalah investasi dunia-akhirat. Karena itu, dalam tradisi Jawa “pendidikan” anak  sudah dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, lalu berlanjut ketika sudah lahir, masuk usia pendidikan, remaja, hingga dewasanya.

Bahkan demi masa depan anak, orangtua menjalani laku batin : puasa Senin – Kamis, puasa weton, yaitu puasa pada hari kelahiran anak berdasarkan penanggalan Jawa, termasuk laku batin, misalnya puasa tradisi apit weton. Yaitu puasa sebelum hari lahir anak, saat hari lahir dan setelahnya.

Ada juga yang disebut pasa pitu atau puasa tujuh hari yang dilakukan tiga hari sebelum hari kelahiran, saat hari kelahiran, dan tiga hari setelah hari kelahiran. Pasa pitu ini adalah upaya bermohon kepada Tuhan agar diberi pituduh (petunjuk) dan pitulungan (pertolongan).

Puasa yang biasanya lebih sering dilakukan Ibu dibanding Ayah ini dengan harapan agar sang anak nantinya selalu dalam sehat, selamat dan lebih dekat dengan keberkahan dalam kehidupannya.

Puasa ini juga dilakukan ketika anak sedang menghadapi masa-masa penting : ujian sekolah, tes masuk kerja atau memulai usaha yang baru, atau hal-hal lain yang menyangkut  keselamatan dan masa depannya, baik yang bersifat fisik dan spiritualnya.  Kita perlu belajar dari ulat. Untuk merubah diri menjadi kupu ia  bertapa dulu dalam  gua kepompong hingga berubah, hingga semula  menjijikkan, gatal, jalan pun merayap lalu berubah menjadi kupu yang indah dipandang. Yang semula jalan merayap, kemudian bisa terbang tinggi, yang semula makan daun lalu ganti sari bunga yang harum.

Dhawuh guru sepuh, “siapa mudanya rajin tirakat, tuanya nemu alat” yaitu sarana batin yang dapat menunjang berbagai kemudahan dalam kehidupan. Tirakat atau riyadhah adalah sarana efektif memotivasi yang tidak bisa dinalar, namun bisa dirasakan hasilnya.

Tirakat, riyadhah, ibarat menggarap ladang untuk menebar benih yang jika dirawat dan dijaga dari “hama” insya Allah bisa dipanen oleh yang menanam dan anak cucu mereka. Karena “energi doa” itu bisa menembus dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Masruri praktisi dan konsultan metafisika, penulis buku, kolumnis, pelukis dan penggiat Komunitas Selawe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini