Oleh Nila Ubaidah
PROGRAM Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar peserta didik secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Salah satu gagasan penulis yaitu internalisasi program literasi. Internalisasi program literasi yang dimaksud disini adalah bukan sekadar literasi yang terbatas hanya pada pembiasaan dan pembudayaan kemampuan membaca saja melainkan program literasi dalam segala aspek kehidupan, baik diawali dari literasi usia dini, literasi dasar, literasi agama, literasi jasmani, literasi numerasi, literasi teknologi, literasi media, literasi budaya, dan sebagainya.
Internalisasi program literasi ini, diharapkan bisa diterapkan ke peserta didik dalam setiap kegiatan di sekolah maupun dalam penyusunan modul ajar yang dikolaborasikan dengan LMS yang sudah digunakan di sekolah para peserta didik. Pemilihan kata revitalisasi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.
Hal ini dimaksudkan agar para pemangku kepentingan dapat menghidupkan atau menggiatkan kembali penekanan-penekanan enam indikator Profil Pelajar Pancasila seperti; (1) Beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) Berkebhinnekaan Global, (3) Gotong Royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Kreatif, yang harapannya dapat berimbas tidak hanya pada peningkatan tumbuh kembang budi pekerti peserta didik menjadi lebih baik, namun juga bisa berimbas pada sekolah-sekolah di lingkungan bapak ibu peserta pelatihan melalui MGMP atau MKKS di daerah setempat.
Penerapan program literasi berbasis revitalisasi penguatan karakter pada profil pelajar pancasila bisa diinternalisasikan dalam semua mata pelajaran pada semua jenjang, khususnya dalam penyusunan modul ajar, penyusunan soal-soal, konten materi ajar yang diakselerasikan melalui berbagai jenis literasi.
Tentunya dapat pula diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saja melalui literasi digital via channel youtube atau instagram dengan tetap mengacu pada revitalisasi penguatan karakter pada profil pelajar pancasila Kurikulum Paradigma Baru Sekolah Penggerak, atau pun penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dan Case Based Learning (CBL).
Ini sangat cocok diterapkan pada awal masa uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas pada masa pandemi covid 19 seperti sekarang ini. Kemudian diintegrasikan melalui platform LMS yang bisa disesuaikan dengan fase-fase yang ada, karakteristik mata pelajaran dan karakteristik peserta didik serta ekosistem sekolah. Hal ini akan mendorong peningkatan ekosistem sekolah ke arah yang lebih baik lagi.
Ciri-ciri ekosistem sekolah yang literat yaitu: Menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat belajar. Semua warga sekolah menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama, Menumbuhkan semangat ingin tau dan cinta pengetahuan, memampukan warga sekolah untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya, mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal sekolah.
Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila sangat penting untuk dilaksanakan karena pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran keterampilan, pengetahuan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pelatihan, pengajaran dan penilaian.
Proses pembelajaran dalam pendidikan bukan hanya meningkatkan potensi peserta didik, tetapi juga membuat mereka berkarakter baik. Sehingga peserta didik tidak hanya menjadi generasi cerdas saja namun juga dibekali pendidikan berkarakter.
Pelajar Pancasila merupakan pelajar yang memiliki karakter berlandaskan falsafah Pancasila atau memiliki nilai sila-sila Pancasila secara utuh dan komprehensif.
Nilai karakter yang ada pada tiap sila Pancasila sendiri terdiri dari nilai karakter religius, peduli sosial, kemandirian, patriotisme atau rela berkorban untuk negara, kebersamaan, demokratis serta keadilan. Pendidikan karakter ini di ajarkan sejak dini kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Enam karakteristik belajar Pancasila tersebut merupakan pengembangan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila yang menjadi fondasi untuk melihat arah pembangunan nasional. Untuk menumbuhkan karakteristik pelajar Pancasila diperlukan mekanisme atau gerakan penumbuhan karakter, mulai dari sosialisasi, penyempurnaan pembelajaran serta aneka kompetisi.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan penting untuk membawa arah pembelajaran tersebut lebih efektif dan optimal. Seorang guru bukan hanya dituntut untuk mengajar materi guna mencapai kompetensi pembelajaran dan mengutamakan kognitif siswa saja tetapi menggali potensi diri siswa untuk berkarakter.
Pendidikan yang baik akan menjadikan negara berbudaya serta mempunyai peradaban baik di masa depan. Pendidikan diharapkan dapat menanamkan budi pekerti siswa serta meningkatkan daya nalar kritis.
Dengan begitu siswa dapat mengimplementasikan apa yang mereka pelajari selama di bangku sekolah dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat merasakan manfaatnya untuk diri sendiri maupun lingkungan.
Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unissula