blank
Petugas gabungan saat memberikan sosialisasi agar PKL Bulusan menutup lapaknya. Foto:Ist/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Petugas gabungan dari Pemerintah Kecamatan Jekulo, Pemdes serta Satpol PP dan Polsek membubarkan PKL yang memenuhi area perayaan tradisi Bulusan di Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Senin (17/5).

Upaya tersebut untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 dalam tradisi yang digelar dalam menyambut Syawalan tersebut.

Dalam operasi yang digelar, petugas meminta agar para pedagang mengemasi lapak jualan yang telah digelar selama dua hari terakhir.

Bahkan petugas memberi tenggat waktu agar semua lapak yang terlanjur berdiri segera dibongkar sebelum petang ini.

“Kami sudah memantau selama dua hari ini dan ternyata ada pedagang yang menggelar lapak. Akhirnya kami putuskan untuk menggelar operasi agar pedagang menutup lapaknya,”ujar Camat Jekulo, Wisnubroto Purnawarman.

Menurut Wisnu, tradisi Bulusan sebagai rangkaian perayaan Syawalan tahun ini hanya digelar secara sederhana akibat pandemi Covid-19 yang masih terjadi.

Sejumlah acara seperti arak-arakan dan pawai ditiadakan termasuk keberadaan PKL tiban yang biasa memenuhi lokasi.

Untuk itu, kata Wisnu, pihaknya berharap masyarakat bisa memahami kebijakan tersebut.

“Ini demi kebaikan bersama agar tradisi ini tidak menjadi klaster baru,”ungkapnya.

Hal senada disampaikan Kepala Desa Hadipolo, Sulaiman Slamet. Menurut dia penertiban lapak PKL bertujuan mengantisipasi penyebaran Covid-19.

“Jangan sampai jadi klaster. Hari ini kami rencana pasang baner larangan jualan. Karena saat ini kan masih pandemi. Dandangan saja dilarang oleh Pemkab. Jadi kami ya ikut arahan bupati,” imbuhnya.

Tradisi Bulusan adalah perayaan Syawalan yang cukup dikenal masyarakat Kudus. Tradisi ini digelar sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Dudo atau leluhur desa Hadipolo.

Mbah Dudo sendiri merupakan ulama penyebar agama Islam di desa setempat. Tradisi ini disebut Bulusan guna mengingat murid-murid Mbah Dudo yang disabda Sunan Muria menjadi bulus alias kura-kura.

Sebelum pandemi, tradisi ini selalu ramai didatangi wisatawan. Tradisi ini selalu dimeriahkan pawai hingga pagelaran wayang kulit.

Dan di sekitar lokasi perayaan, muncul banyak pedagang dadakan yang menjual aneka barang khas tradisi Syawalan.

Tm-Ab