MAGELANG (SUARABARU.ID)– Empat orang penari berlenggak-lenggok dalam alunan gamelan, mengiringi budayawan Tanto Mendut, yang bergelar Sang Pendekar Lima Gunung itu, saat menyambut kedatangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ketika bertandang ke rumahnya, Rabu (7/4/2021) malam.
Wedang markisa dan sajian makanan ala Jepang, menemani obrolan Ganjar dengan seniman gaek asal Magelang itu. Makanan disajikan langsung istri Tanto Mendut yang juga orang Jepang, Mami Kato.
Obrolan gayeng keduanya berlangsung cukup lama. Gelak tawa kerap terdengar di sela obrolan yang santai dan gayeng itu. Dari pukul 20.30 WIB Ganjar datang, pertemuan baru usai sekitar pukul 23.00 WIB.
BACA JUGA: BEM Fakultas Hukum USM LDK
Bukan tanpa alasan Ganjar berkunjung ke rumah Tanto Mendut. Ditetapkannya kawasan Borobudur sebagai destinasi super prioritas Nasional yang kini sedang dikebut, menjadi alasannya.
Ganjar mengatakan, Borobudur tidak cukup hanya dikembangkan dengan pembangunan fisik. Penggalian nilai historis, nilai budaya, seni, arsitektur juga harus digali sebagai bagian pengembangan Borobudur.
”Saya ingin menjadikan Borobudur sebagai destinasi wisata yang lengkap dan utuh. Maka saya menemui Mas Tanto Mendut ini, sebagai bagian mewujudkan itu,” kata Ganjar.
BACA JUGA: Penulis Buku Ajar Dukung Standar Tinggi Tiga Serangkai
Salah satu kegiatan yang ingin diwujudkan Ganjar dengan Tanto Mendut dalam waktu dekat adalah, menghidupkan seni musik dan tari. Ganjar ingin membuat sebuah acara bernama Sound of Borobudur, yakni pergelaran musik dan tari seperti yang tergambar dalam relief-relief Borobudur.
”Saya ingin mengembangkan banyak hal dari Borobudur, salah satunya adalah musik dan tari. Sound of Borobudur tentu akan membuat pengembangan kawasan ini semakin menarik,” ucapnya.
Sementara itu, Tanto Mendut mendukung penuh langkah pemerintah melakukan penataan kawasan Borobudur secara menyeluruh. Tidak hanya fokus pada candinya, namun banyak hal lain yang bisa dikembangkan.
BACA JUGA: Dosen USM Bantu Tips Tingkatkan Pendapatan Tambahan Bagi Ibu Rumah Tangga
”Borobudur itu ibarat pusaka, ini mutiara yang memiliki banyak dimensi. Ada gunung, ada desa-desa, masyarakat, binatang dan lainnya,” terang Tanto.
Borobudur, lanjut dia, juga tak hanya bangunan semata. Dia merupakan pusaka yang mengajarkan tentang teknologi, arsitektur, pengobatan, seni, budaya dan banyak hal lainnya.
”Borobudur punya banyak sekali nilai-nilai yang bisa dikembangkan. Saya sendiri telah diundang ke Hiroshima, ke Istanbul untuk menjadi pembicara soal Borobudur, baik dari arsitekturnya, habitatnya dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Satu yang tak boleh dilupakan pemerintah dalam hal pengembangan Borobudur, menurut Tanto Mendut yakni, Borobudur merupakan karya seni. Sehingga pengembangan kawasan itu harus merangkul seniman dan budayawan yang ada di sekitarnya.
”Merangkul dalam makna yang kualitatif ya, jadi benar-benar menggerakkan seniman untuk mengisi ruang-ruang itu. Jangan lupa juga merangkul petani, karena Borobudur juga karya petani,” pungkasnya.
Riyan-Sol