Oleh Lulu Afidatul Mutiara Asri
AKU adalah seorang penyintas wabah mematikan yang sedang menyerang dunia, banyak hal yang aku perjuangkan ketika aku menjadi seorang penyintas.
Aku harus melawan sakit yang luar biasa. Wabah covid-19 yang menjadi wabah mematikan sejak tahun lalu menjadikan aku pribadi yang baru dalam menjalani kehidupanku saat ini.
Menjadi penyintas covid-19 bukanlah hal yang mudah ketika aku harus mampu berdiri sendiri dengan melawan rasa sakit yang luar biasa. Jika ditanya, kenapa tidak menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan?
Tanpa kalian tanya, aku sudah menerapkan itu semua jauh jauh hari. Dan aku selalu menjaga kebersihan ke mana pun aku pergi, tapi Tuhan berkehendak lain. Mungkin Tuhan ingin aku beristirahat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Baca juga Rabu Abu Menandai Pertobatan Manusia
Tapi, semua ini sangatlah berat. Aku tidak berani untuk bilang pada keluargaku dengan keadaanku sesungguhnya, aku melakukan semua proses dengan mandiri tanpa ada bantuan dari siapa pun.
Banyak hal yang aku perhitungkan jika aku memberi tahu ini semua dengan keluargaku, termasuk dengan warga di desaku. Aku yakin mereka semua akan mengucilkanku dan keluarga jika berita ini tersebar luas.
Pengetahuan yang Kurang
Aku hidup di desa yang warganya masih punya anggatan, sangat takut pada wabah ini. Karena pengetahuan yang kurang tentang wabah ini mereka menganggap jika sudah dinyatakan negatif dan sudah melakukan isolasi mandiri masih dapat menularkan virus tersebut.
Baca juga Indonesia Tempat Perlintasan Narkotika
Dan karena itu, mereka akan benar benar menaga jarak dan bahkan tidak aka nada yang mau bertegur sapa dengan keluargaku.
Walaupun semua ini terasa berat ketika aku harus melawan sakit yang amat dalam, aku harus tetap kuat untuk sembuh, masih banyak hal yang harus aku lakukan untuk membahagiakan orang di sekitarku.
Dan ketika aku menjalaninya dengan ikhlas semuanya akan lebih mudah, dan tidak menakutkan seperti yang mereka bayangkan.
Covid-19 memang hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat. Namun, akan lebih baik lagi jika masyarakat juga mndapatkan banyak informasi mengenai wabah tersebut agar tidak salah kaprah dalam pemaknaannya. Jika masyarakat mengerti dan lebih toleransi lagi, maka para penyintas tidak akan merasa tertindas.
Lulu Afidatul Mutiara Asri, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi UKSW yang sednag praktik kerja di suarabaru.id, pernah terpapar covid dan sudah sehat kembali