MAGELANG (SUARABARU.ID) – Pembersihan 13 rupang (peralatan) dan Kim Sin (patung dewa-dewi) yang ada di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio
Kota Magelang mengawali rangkaian acara Imlek 2572/ 2021.
“Di dalam TITD Liong Hok Bio ini terdapat 13 Kim Si , seperti patung Dewa Bumi (Hok Tik Tjieng Sin), Dewi Belas Kasih (Kwan Im Poo Sat/ Ava Lokite Swara ) dan Dewa Keadilan (Kwang Kong), Dewa Dapur ( Cao Kung Kong) dan lainnya,” kata Ketua Yayasan Tri Bakti Magelang, Paul Chandra Wesi Aji, di sela-sela acara pencucian rupang TITD Liong Hok Bio Magelang, Jumat (5/2).
Pauk Chandra Wesi Aji mengatakan, pembersihan rupang -rupang dan segala peralatan di dalam klenteng yang berdiri sejak 1864 silam tersebut sebagai simbol membersihkan fisik, mental dan nurani manusia memasuki yang baru.
Sebelum dilakukan pencucian, puluhan warga keturunan Tionghoa tersebut melakukan sembahyang Toa Pekong naik ( punggahan). “Pencucian rupang dan kim sin tersebut bertujuan untuk membersihkan hati para umat yang melaksanakan ibadah di klentheng tersebut. Selain itu,pencucian ini juga sebagai simbol membersihkan fisik, mental dan nurani manusia memasuki tahun baru nanti,” katanya .
Paul Candra menambahkan, Sembahyang Toa Pekong diyakini para dewa-dewi sedang melaporkan amal baik dan buruk para umat selama setahun perjalanan. Para umat berharap pada sembahyang tersebut amal perbuatan yang baik-baik selama satu tahun ini yang dilaporkan pada dewa kepada Tuhan Yang Maha Esa .
Sembahyang Punggahan tersebut dilakukan di dalam dapur klenteng tersebut, yakni di depan patung Cao Kung Kong ( Dewa Dapur) yang letaknya di dapur kelenteng yang pernah terbakar di tahun 2014 silam. “Namanya juga Dewa Dapur, jadi tempatnya juga di dalam dapur,”kata, Paul Candra Wesi Aji,
Berbeda
Namun pada pembersihan rupang tersebut ada sedikit perbedaan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Yakni, umat yang membersihkan dan melaksanakan sembahyang Punggahan dibatasi jumlahnya. Mengingat saat ini masih dalam masa pandemi covid-19.
“Karena jumlah umat dibatasi, maka untuk pembersihan rupang dan Kim Sim dilakukan hingga malam Imlek ( Kamis ( 11/2) mendatang. Ini juga untuk mencegah terjadinya kerumunan,” ujarnya.
Paul Chandra menjelaskan, dengan berbagai macam pertimbangan, pihaknya juga memutuskan meniadakan Sembahyang Ti Sik ( tutup tahun ) yang biasa digelar 15 menit sebelum pergantian tahun.
“Biasanya sembahyang tahun baru dilakukan pada malam tahun baru. Dan , pada tahun ini sembahyang tahun baru dilaksanakan pada hari ‘H’ atau Jumat ( 12/2) pukul 10.00 WIB,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pada 16 Februari mendatang pihaknya juga akan menggelar Sembahyang Ci Ang/ Ci Sin (Toa Pekong turun ke bumi atau pudhunan). Sedangkan, Sembahyang Cap Go Meh akan dilaksanakan 26 Februari mendatang.
Kedua sembahyang tersebut hanya diperuntukkan bagi pengurus yayasan dan petugas saja. Sedangkan bagi umat Tri Dharma juga bisa melaksanakan sembahyang, tetapi pelaksanaannya di luar jam yang telah ditentukan.
Namun, perayaan Cap Go Meh yang disertai pementasan kesenian khas etnis Tionghoa berupa Liong Samsi dan Barongsay ditiadakan. Selain itu juga pesta kembang api juga tidak akan dilakukan.
“Kami memutuskan untuk tidak menggelar perayaan Cap Go Meh dan pesta kembang api, karena itu bisa membuat kerumunan massa,” ujarnya.
Yon-wied