REMBANG (SUARABARU.ID) – Untuk menghijaukan lahan hutan, ternyata tidak segampang yang dibayangkan banyak orang, terlebih lagi ketika lahan hutan yang akan ditanami berlokasi di kawasan perbukitan, sungai tanpa jembatan serta lahan sulit lainnya.
Seperti dilakukan Kepala Resor Pemangkuan Hutan (KRPH) dan Mandor Tanam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngiri, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan, Rembang, Jawa Tengah, harus menempuh medan licin, dan masuk sungai.
“Ini sudah tugas kami, harus tetap semangat, harus tanggung jawab dan tuntas menanam,” beber KRPH Mgiri, KPH Mantingan, Tafif, Jumat (29/1/2021).
Diakui Tafif, untuk menanam atau sulam bibit pohon produktif di kawasan hutan negara itu menghadapai banyak kendala, selain armada terbatas, medan menuju lokasi juga keras.
Agar pekerjaan beres dan armada terbatas, lanjut KRPH Ngiri, mandor hutan juga harus rela menggunakan sepeda motor pribadi untuk mengangkut bibit dengan bronjong.
Bahkan untuk program bibit tanaman sulaman musim tanam (MT) 2021, sepeda motor harus ditinggal di tengah hutan, karena bibit dalam bronjong terpaksa harus dipanggul bersama lantaran medan terjal dan menyeberang sungai tanpa jembatan.
Terjatuh
“Saat ini armada angkut seperti truk lebih memilih untuk angkut palawija, karena bekerja di jalan raya,” tambah Tafif.
Dicontohkan Tafif, regunya harus memanggul bibit, juga masuk sungai, naik turun bukit, keringat sejagung-jagung demi sampai ke hutan petak 112d untuk mengirim bibit di lahan seluas 18,0 hektar.
“Tempo hari kawan saya Mandor Tanam, Kristiawan, sempat terjatuh dan kakinya terkilir saat melangsir bibit tanaman produktif, tambah KRPH Ngiri, Tafif.
Agar petak-petak yang belum tertanami bisa bisa segera ditanami oleh pesanggem atau tenaga penggarap lahan tanam di Perhutani, regunya harus kejer keras demi progres tanaman MT 2021 tuntas 100 persen saat musim basah ini.
Terpisah Administratur (Adm) Perhutani KPH Mantingan, Widodo Budi Santoso, terus memberi semangat jajarannya, khususnya bagian tanaman dan para tenaga pendukungnya.
Diakui Adm Widodo, jarjaran Rimbawan memang butuh perjuangan yang tidak ringan dalam membangun hutan. Banyak Rimbawan-Rimbawan yang gigih dalam membangun hutan di Jawa.
Hutan merupakan sumber ekonomi bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Maka Widodo Budi Santoso, tidak pernah bosan mengajak menjaga melestarikan hutan demi agar anak cucu.
“Mewariskan ke anak cucu tidak lewat dongeng atau cerita, tapi dengan fakta nyata atas hutan serta lingkungan yang hijau lestari,” pungkas Administratur (Adm) Perhutani KPH Mantingan, Widodo Budi Santoso.
Wahono-wied