blank
Masyarakat sangat membutuhkan Pertashop yang ada di wilayah pedesaan, jauh dari SPBU. Foto: hery priyono

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pertamina terus gencar melakukan pembangunan Pertashop, yaitu mini outlet SPBU yang secara resmi dikelola Pertamina di kawasan-kawasan pedesaan.

Khusus di wilayah provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), outlet yang sudah beroperasi sebanyak 70 Pertashop, yang tersebar di 62 desa di Jateng dan delapan desa di DIY dari 25 kabupaten.

Pembangunan outlet Pertashop ini juga menindaklanjuti nota kesepahaman antara PT Pertamina dengan Kementerian Dalam Negeri, yang ditandatangani pada 18 Februari 2020 lalu, dalam rangka perluasan dan pemerataan distribusi energi.

BACA JUGA : Miris, Ruang Isolasi Covid-19 di Blora Penuh

Pejabat sementara (Pjs) Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) Jawa Bagian Tengah (JBT), Marthia Mulia Asri mengatakan, Pertashop merupakan satu-satunya lembaga penyalur bahan bakar di tengah desa, yang secara resmi dikelola Pertamina.

”Selain telah memenuhi aspek legalitas usaha, Pertashop juga dipastikan memenuhi aspek keselamatan kerja, sehingga sangat aman untuk dioperasikan oleh masyarakat,” ungkapnya, Kamis (19/11/2020).

Kehadiran Pertashop di tengah desa, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mendekatkan sumber penyaluran energi yang aman dan berkualitas, di tengah masyarakat.

”Ini merupakan komitmen Pertamina dalam mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami berharap, jumlah Pertashop akan semakin bertambah, utamanya di desa-desa yang belum terjangkau SPBU,” imbuh Marthia.

Dia menerangkan, Pertamina telah mengusung program One Village One Outlet (OVOO) atau satu desa/kecamatan tersedia satu outlet Pertashop. Untuk mendukung program itu, pihaknya telah mengajak partisipasi dari pemerintah kabupaten dan pemerintah kota di wilayah kerjanya.

”Secara resmi telah kami surati kepada Bupati dan Wali Kota di Jawa Tengah dan DIY sebagai sosialisasi. Kami berharap mendapat respon positif, sehingga banyak desa yang akan mengajukan pembangunan Pertashop di wilayahnya,” imbuh dia.

blank
Pembangunan outlet Pertashop ini menindaklanjuti nota kesepahaman antara PT Pertamina dengan Kementerian Dalam Negeri. Foto: hery priyono

Lebih Rendah
Lebih lanjut Marthia mengungkapkan, Pertamina kini juga membuka peluang kemitraan Pertashop kepada para pengusaha setempat, yang berminat untuk berinvestasi membangun outlet Pertashop.

”Sama halnya seperti SPBU, pengusaha juga memiliki peluang untuk berinvestasi sebagai lembaga penyalur BBM kepada masyarakat. Kali ini dalam skala kecil, berupa Pertashop yang harganya relatif lebih rendah ketimbang SPBU,” terang Marthia lagi.

Investasi terendah diberi harga kurang lebih Rp 250 juta, untuk perangkat modular Pertashop. Nilai itu belum termasuk lahan dan ongkos kirim yang disiapkan oleh pengusaha.

”Bisnis Pertashop cukup menjanjikan, setidaknya penjualan per hari antara 400 liter bahkan hingga 1 kiloliter, seperti yang terjadi di Pertashop Sleman,” papar Marthia.

Ada pun syarat-syarat bagi pengusaha yang tertarik untuk berinvestasi Pertashop, salah satunya harus berbadan hukum seperti CV, PT, maupun Koperasi atau Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

”Calon investor Pertashop harus memenuhi dokumen persyaratan dari pemda setempat, dan dokumen lainnya untuk kemudian mendaftar secara online pada tautan ptm.id/MitraPertashop atau melalui Pertamina Call Center di nomor 135,” tukas Marthia.

Hery Priyono-Riyan