SEMARANG (SUARABARU.ID) – DPRD Jawa Tengah mengusulkan paradigma pariwisata baru di masa pandemi saat ini, dimana pariwisata bisa lebih mendorong perekonomian masyarakat dan bisa memasukkan unsur tambahan lainnya, salah satunya seperti muatan edukasi.
Hal tersebut seperti yang diutarakan Sekretaris Komisi B DPRD Jateng, Muhammad Ngainirrichadl, dalam acara dialog parlemen Prime Topic dengan tema ‘Mengembangkan Paradigma Pariwisata’, Kamis (17/9/2020), di Gravity Indoor Trampolin Park, Jalan dr. Cipto 226.
“Bicara paradigma pariwisata itu bicara soal edukasi, bagaimana kita membuka paket wisata namun ada edukasinya. Sekarang itu paradigma pariwisata itu jangan hanya berorientasi pada kesenangan saja, namun diubah dengan menambahkan unsur edukasi,” katanya.
Politisi dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mencontohkan, jika dalam sebuah paket wisata city tour antar Kota Semarang dan Kota Solo, bisa ditambahkan dengan melakukan perjalanan ke situs purbakala Sangiran.
Tak hanya itu saja, wakil rakyat dari dapil IX Jateng ini juga mengusulkan agar para anak – anak ketika sudah mulai kegiatan belajar tatap muka, bisa diubah kegiatan belajar mengajarnya (KBM) tidak hanya di gedung sekolah saja, namun bisa diajak ke tempat-tempat wisata terdekat.
“Tapi edukasi tatap mukanya jangan ditempat wisata yang mahal, tapi yang murah dan terjangkau. Seperti belajar di alam, diajak mengunjungi desa wisata yang terdekat. Jadi tidak hanya senang-senang saja tapi ada edukasinya,” katanya.
Selain itu, Ngainir yang juga membidangi soal pariwisata di Komisi B DPRD Jateng juga mendorong kepada dinas terkait membuat jaringan kolaborasi wisata antar daerah. Tak hanya mengembangkan pariwisata berbasis lokal semata, namun juga pariwisata dengan provinsi lain.
“Kalau saat pandemi ini memprioritaskan mana yang akan didorong terlebih dahulu antara ekonomi atau kesehatan, untuk alasan pariwisata saya mengatakan kebahagiaan dulu. Orang piknik tujuannya bahagia, dengan bahagia ini mendorong perekonomian (karena ada kegiatan piknik). Dan agar aman saat bahagia maka harus mengikuti cara yang sehat (agar selamat),” katanya.
Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci
Sementara itu narasumber lain dalam dialog parlemen tersebut, Sinoeng N. Rachmadi selaku Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng mengatakan, pasca status pandemi pada pertengahan Maret 2020, pariwisata Jateng terjun bebas hingga 70 persen.
“Mengembalikan pariwisata seperti sebelumnya itu sangat tidak mungkin, sekarang bagaimana kita beraktifitas itu jangan seperti kemarin lagi. Sekarang paradigmanya new normal, ayo piknik bareng dengan protokol kesehatan,” katanya.
Sinoeng menjelaskan, saat ini kunci utama untuk pariwisata adalah kolaborasi. Paket-paket wisata dikembangkan untuk pasar lokal dan juga antar provinsi. Tak hanya wisata utamanya saja, namun sektor pendukung lainnya.
Salah satu yang ujicoba dalam waktu dekat adalah event Tour de Borobudur dan Borobudur Marathon, dimana di kedua acara tersebut pesertanya dibatasi hanya 40 orang dan hanya peserta lokal pro saja, tanpa ada keikutsertaan peserta asing.
“Sisanya yang ingin ikut serta bisa mengikutinya secara virtual tanpa harus hadir di lokasi. Jadi pesertanya mendaftar online dan akan diberikan nomor registrasi, dan nanti pada saat acara bisa berpartisipasi dengan mengikuti rute virtual aplikasi. Yang mengikuti sampai finish nanti mendapat sertifikat dan medali yang dikirimkan ke rumah,” katanya.
Tak hanya itu saja, Sinoeng mengatakan saat inipun Pemprov Jateng juga sedang bersinergi dengan para netizen dunia maya serta peran jurnalis media, karena dirasa partisipasi publik dalam hal pengembangan pariwisata terbilang signifikan penting.
“Kami sedang menggalakkan hashtag #DiJatengAja dan #TukuProdukKancaneDewe, ini untuk mendorong minat masyarakat berwisata di Jateng dan menggerakkan perekonomian dengan membeli produk buatan lokal. Karena bagi kami kekuatan sosial media ini penting,” katanya.
Mengatasi Krisis Kecemasan dan Kepercayaan
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Eko Suseno HRM, dalam paparannya dalam acara dialog tersebut mengatakan kalau pariwisata di Jateng tidak kehilangan momentumnya. Karena pandemi yang terjadi saat ini ternyata menyimpan sesuatu, yaitu keinginan terpendam orang untuk berwisata.
“Contohnya di Telomoyo kemarin, jadi ramai macet karena banyak orang piknik ke sana. Dari sini bisa dilihat, kalau misalkan belum bisa mendatangkan kunjungan wisatawan luar maka bisa memanfaatkan kunjungan lokal, efeknya bisa mendorong perekonomian,” katanya.
Walau begitu, Eko menjelaskan, ke depannya memang harus ada pengembangan lokal yang menggarap pariwisata dari dua sisi, yaitu suply and demand set. Mengedukasi industri dan pelaku pariwisata menyesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini.
“Harus clean, safety and sustainable. Karena akar utamanya adalah mengatasi krisis kecemasan dan kepercayaan, frame set-nya harus dibangun. Mindset-nya (tempat wisata) kalau dibersihkan dan terjamin maka orang akan yakin (untuk datang), karena sebenarnya banyak orang yang mau (piknik) tapi tidak aware (tempatnya aman selamat),” katanya.
Tak hanya itu, Eko memberikan masukan agar para stakeholder pariwisata bisa mengelola krisis kecemasan dan kepercayaan dengan cara ‘meyakinkan’. Kalau hal ini bisa berhasil ditangani maka efeknya bisa berdampak ke hal lainnya, utamanya perekonomian.
Ke depan, Eko memperkirakan, trend pariwisata yang bisa berkembang dan sesuai dengan kondisi pademi saat ini adalah pariwisata model open space (wisata alam) dan eco tourism. Nantinya pangsa pasar pariwisata model ini akan dikuasai sebanyak 35 persen anak-anak muda.
“Trend ke depan itu eco tourism dan open space. Dan tema besarnya ada 5 hal, yaitu sense, fell, relate, think and act. Intinya mereka yang berwisata itu merasa harus ada sesuatu hal baru yang didapat dan dipelajari,” pungkasnya. (adv)