SEMARANG (SUARABARU.ID) – Tentrem Project yang berupa hotel, mal & apartemen di Jalan Gajah Mada 123, Semarang, dan diresmikan pada 13 Agustus 2020, saat ini sedang ngetrend di media sosial.
Antrean panjang pengunjung mal yang berdesakan hingga ada yang tiduran di lantai mal hanya untuk menyaksikan teknologi video mapping yang menghadirkan suasana akuarium laut raksasa di langit-langit mal, menjadi foto dan video yang viral.
Pemandangan tersebut menggambarkan bahwa kehadiran dan antusiasme pengunjung mal seakan-akan terkesan mengabaikan protokol new normal. Oleh karena itu dapat dipahami jika kemudian muncul beragam komentar dari masyarakat.
“Jauh hari sebelum pandemi Covid-19 mewabah, kami akan meresmikan hotel, mal & apartemen Tentrem pada 23 April 2020. Namun, karena situasi dan kondisi Indonesia yang sedang dilanda pandemi, keputusan tersebut kami batalkan,” kata Direktur Utama PT Hotel Candi Baru (HCB), Irwan Hidayat, Rabu (26/8/2020) siang.
Dalam keterangan resminya, Irwan menyatakan bahwa ada dua hal penting yang jadi pertimbangan. Pertama, apakah Tentrem akan diresmikan sebelum pandemi Covid-19 berlalu atau sesudahnya? Apakah pada 2021 pandemi Covid-19 dipastikan sudah berlalu?
“Akhirnya kami sepakat untuk meresmikannya pada tanggal 13 Agustus 2020, hari kelahiran Ibu R. Sulistyo, nenek kami, pendiri Sido Muncul,” katanya.
Adapun untuk hal kedua, adalah apakah yang diresmikan hanya Hotel Tentremnya saja atau bersama-sama pula sekaligus meresmikan Hotel dan Malnya juga? Hal penting yang kedua inilah yang menurut Irwan di dalam keluarga besarnya menjadi perdebatan panjang dan seru.
Sebagian berpendapat, jika hanya meresmikan hotel ditengah pandemi pasti rugi, apalagi bersamaan dengan mal yang belum ada penyewanya? Sementara yang sudah siap beroperasi hanya 8 penyewa dengan total luas 600 m2 dari jumlah 9000 m2 yang bisa disewa.
Sebagai catatan, semua tenant atau penyewa di Tentrem Mall menunda untuk mengerjakan interior masing – masing gerai yang sudah disewa karena pandemi Covid-19.
“Kepada 8 penyewa yang membuka gerai mereka saat peresmian tanggal 13 Agustus, kami bebaskan sewa selama 6 bulan ke depan. Kalau membuka hotel & mal kami harus rela menanggung kerugian sebesar Rp 3,5 miliar per bulan, selama 9 bulan ke depan,” katanya.
Irwan menjelaskan, biaya operasional terbesar adalah 38% untuk gaji karyawan, kemudian disusul biaya listrik, perawatan dan lain – lain. Itupun setelah 9 bulan ke depan pihaknya juga tidak tahu pasti apa yang akan terjadi.
Kalau kemudian akhirnya diputuskan meresmikan hotel & mal secara bersamaan, itu karena pertimbangan untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas, supaya ekonomi Semarang bergerak, meriah, dan penyewa yang sudah siap bisa mulai berusaha.
Tak hanya tenant penyewa, di Tentrem Semarang juga menyediakan ruangan khusus tanpa biaya sewa yang terletak di basement 2, ruangan tersebut ditujukan untuk beberapa usaha kecil menengah (UKM), seperti Bakso Bang Jon, Rujak & Pecel Karimata, hingga Soto Jonwen.
“Perlu kami jelaskan, bahwa kami melaksanakan bisnis kami sesuai aturan protokol new normal dan dalam pelaksanaannya juga bekerjasama dan berkoordinasi dengan Polsek, Satpol PP, Babinsa dan aparat terkait lainnya.
Walau begitu, akibat dari antusiasme warga masyarakat yang tinggi telah menyebabkan kerumunan pengunjung yang tidak dapat dihindari.
Petugas mal, Satpol PP dan petugas Babinsa sudah berusaha untuk mengatur, menegur, memberi penjelasan, tetapi karena jumlah pengunjungnya banyak, pihak Tentrem kewalahan. Dan itulah yang terjadi seperti kejadian yang viral seminggu yang lalu.
“Mulai Senin tanggal 24 Agustus, video mapping sudah kami matikan dan sejak itu tidak ada kerumunan pengunjung lagi. Saya juga mengucapkan terimakasih atas saran dan teguran kepada kami atas kejadian kerumunan masa yang terjadi beberapa hari ini. Mari berdoa dan berusaha agar kita tetap sehat, tetap semangat, dan tidak putus asa. Life Must Go On,” tutupnya.