SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sanggar Greget Semarang kembali menggelar pentas karya seni tari secara daring langsung dari lokasi sanggar di Jalan Pamularsih I/2. Kali ini dalam rangka memperingati HUT RI ke-75, Sanggar Greget mempersembahkan Enduring The Freedom.
“Karya berjudul Enduring The Freedom ini merupakan sajian sekaligus pesan agar masyarakat tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan,” ungkap seniman tari sekaligus pimpinan Sanggar Greget, Yoyok Bambang Priyambodo, Senin (17/8/2020).
Menurutnya, sebagai seorang seniman di Kota Semarang dirinya merasa perlu untuk mengisi kemerdekaan dengan karya. Selain itu, dirinya sengaja mencipta karya tari tersebut agar semangat nasionalis yang telah dikobarkan sejak dulu tetap menyala.
Karya Enduring The Freedom tersebut menceritakan mengenai perasaan manusia yang dialami selama penjajahan. Hal tersebut digambarkan melalui simbol sangkar jeruji besi. Sementara topeng dan cambuk menjadi gambaran penjajah dan paksaan serta siksaan yang diderita pribumi.
“Sangkar dan jeruji bermakna keduanya membelenggu dan mencengkeram. Sumber daya dan kemampuan dengan segala potensi tidak bisa berbuat apa-apa. Selain itu simbol topeng dan cambuk menjadi perwujudan penjajah dengan pemaksaan kepada pribumi,” katanya.
Sebagai akhir pertunjukkan, Yoyok menjelaskan, dirinya membawa bendera merah putih sebagai simbol kemerdekaan lambang keberanian dan kesucian. Nilai – nilai kepahlawanan, patriotisme, nasionalisme terkandung di dalamnya.
Yoyok mengatakan, selama penyajian karya tari secara daring tersebut dirinya dibantu oleh sejumlah seniman tari lainnya, seperti Pamardi, Dwi Yuworo, Sangghita Anjali, Mahendra, dan segenap penari Sanggar Greget Semarang lainnya.
“Untuk pengrawit yang memainkan aransemen gendingnya, kami dibantu oleh Sudarsono, Edi Suryono, dan Mahendra. Khusus karya ini, sebisa mungkin kami menggunakan komposisi tradisi agar ikatan kulturalnya terjaga,” katanya.