KENDAL(SUARABARU.ID)- Sejak adanya wabah Covid-19, jalan menuju ke obyek wisata Goa Kiskendo, Desa Trayu Kecamatan Singorojo, ditutup dengan portal oleh warga atas persetujuan desa dan pihak terkait.
Penutupan ini dilakukan semata- mata untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran wabah Covid- 19 di desa tersebut.
”Jalan menuju ke obyek wisata memang kami tutup dengan portal sejak adanya wabah Covid-19. Namun tamu yang hendak ke obyek wisata Goa Kikendo atau ke tempat Wahani Wisata Bukit Sari, tetap bisa masuk setelah kami data dan kami semprot dengan disinfektan di bagian tangan dan bagian setir jika tamu mengendarai sepeda motor atau mobil,”kata petugas jaga bernama Faridho, Kamis(28/5).
Menurut Faridho, penutupan ini tidak ada unsur lain kecuali untuk mengantisipasi adanya penyebaran Covid-19. Karena tamu yang datang ke lokasi obyek wisata ini, tidak hanya dari desa setempat, melainkan dari luar desa, bahkan tidak sedikit dari luar Kecamatan Kendal.
“Dengan dipasangnya portal ini agar tamu yang datang di obyek wisata tersebut terdata dengan rapi,”jelas Faridho.
Salah satu pemilik obyek wisata, Sutikno(65) mengatakan, sejak adanya pandemi Covid-19 ini, tempat wisatanya memang nyaris tak ada pengunjung, karena masyarakat sudah tahu bahwa sejak adanya pandemi Covid-19 tidak boleh mendatangi obyek wisata yang berpotensi bertemu banyak orang.
“Harusnya, portal jangan dipasang di jalan menuju ke lokasi obyek wisata. Karena termasuk menghambat tamu atau orang yang hendak menuju ke lokasi,”kata Sutikno, selaku pemilik Wahana Wisata Bukit Sari dan juga pemilik Hotel yang ada tak jauh dari Wisata Goa Kiskendo.
Sutikno mengaku, harusnya pihak desa memindah portal itu di jalan Desa Brayo, sehingga pengunjung yang hendak menuju ke lokasi wisata tidak sungkan karena dihentikan di jalan terlebih dahulu.
“Saya harap kepada pihak desa bisa memindah bahkan membongkar portal tersebut, apalagi sekarang sudah lebaran dan pemerintah sudah memberlakukan tatanan kehidupan baru atau “New Normal,” jelas Sutikno.
Kepala Desa Trayu Zaenudi, yang dimintai keterangan terkait masalah ini mengaku, bahwa pada saat pemasangan portal, dirinya belum dilantik sebagai kepala desa.
Kalau sekarang, karena dirinya sudah dilantik menjadi kepala desa, otomatis dirinya lah yang menjadi ketua gugus Covid-19.
Meski demikian, dirinya tidak bisa serta- merta untuk memindah atau membongkar portal tersebut sebelum kondisi Covid-19 reda, itupun harus bermusyawarah dengan warga dan petugas lainnya.
Zaenudi mengaku, memang pada saat menjelang lebaraan baru lalu, ada sedikit pengetatan selain menghormati bulan puasa, juga karena ada salah satu warga yang dijemput petugas untuk dilakukan tes swab.
“Warga kan takut. Karena ada salah satu warga yang dijemput petugas untuk dilakukan tes swab. Makanya, warga begitu ketat memeriksa setiap tamu yang datang untuk menuju ke lokasi wisata,”kata Zaenudi.
Menurut Zaenudi, jika memang situasi sudah kondusif, pihaknya tidak hanya akan memindah portal tersebut, melainkan akan membongkarnya.
“Warga juga tidak mungkin akan menjaga portal itu terus, karena untuk membayar orang yang jaga portal tersebut juga dari iuran warga sendiri. Dan tak mungkin akan terus menerus,”tegas Zaenudi. Agung-mm