Tegal bagai Kota Mati

1667
0
blank
MENCEKAM - Pemadalam lampu penerangan jalan di dalam kota membuat suasana makin mencekam. (foto: akbar budi)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Hari kedua penerapan isolasi wilayah di Kota Tegal, masyarakat masih patuh dan memilih berada di rumah sesuai dengan anjuran Wali Kota Tegal H Dedy Yon Supriyono.

Semalam kota begitu sepi mencekam, hanya sesekali ada warga yang melintas di jalan protokol, atau tim gabungan yang melakukan patroli kota. Suasana bertambah mencekam karena lampu penerangan jalan dimatikan.

Pedagang makanan yang biasa berjualan di alun-alun Kota Tegal tak satu pun yang nampak. Tegal benar-benar telah berubah 180 derajat. Dari tadinya kota yang tak pernah tidur dengan warung makan yang berjualan sampai dinihari, kini bagaikan kota mati.

Meski menuimbulkan sejumlah kritikan terutama di media sosial, Wali Kota nampaknya tidak bergeming. “Isolasi wilayah akan berlangsung selama empat bulan dari 30 Maret sampai 30 Juli 2020. Tapi ini kondisional. Jika dalam pantauan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP, red) menurun dan satu pasien yang dinyatakan positif covid-19 telah sembuh, kita akan tarik isolasi wilayah ini,” katanya.

Tidak saja menutup akses jalan masuk ke Kota Tegal, Pemkot Tegal juga mematikan lampu penerangan di jalan-jalan dalam kota.

“Saat ini sudah sekitar 34 titik atau 95 persen yang telah ditutup beton MCB dengan ukuran panjang satu meter tinggi 80 cm. Rencana awal ada 49 titik, untuk jalan dalam kota menuju alun-alun dan pendopo dibuka. Sedangkan 14 akses jalan masih terbuka karena beton MCB belum tiba di Kota Tegal,” ujar Wali Kota.

blank
SEPI – Suasana di kawasan Alun-alun Kota Tegal pagi tadi nampak sepi. (foto: akbar budi)

Sedangkan empat akses jalan yang dibuka antara lain Jl Sultan Agung, Jl Jenderal Sudirman, Jl Gajah Mada untuk akses Mobil BBM, sembako dan mobil ambulance. Satu akses Jl Proklamasi dibuka sebagai posko utama pemantauan protokoler penanganan covid-19.

Akbar Budi