blank
KOMUNIKASI: Pemprov Jateng dalam rapat dengan FKUB, menyatakan akan menjembatani komunikasi dengan pemerintah pusat, terkait dengan pelaksanaan upacara Nyepi, Foto: heri priyono

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah Provinsi Jawa Tengah siap menjembatani komunikasi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jateng dengan pemerintah pusat, terkait pelaksanaan Tawur Agung atau sehari jelang Nyepi, di Candi Prambanan-Klaten.

Diharapkan, pada pelaksanaan ritual yang jatuh pada Sekasa (24/3/2020) mendatang, jumlah peserta dapat diminimalkan, guna mengurangi risiko penularan virus Corona.

BACA JUGA : Kegiatan Nyepi Tawur Agung Tetap akan Digelar

Hal itu disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, usai melakukan rapat dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Jumat (20/3/2020). Menurutnya, komunikasi itu penting, lantaran perhelatan di Candi Prambanan, adalah even Nasional.

”Terkait acara di Prambanan, saya sendiri sudah komunikasi dengan pusat, agar pesertanya tidak banyak, tidak sampai sepuluh ribu. Kemungkinan harapannya di bawah seratus orang. Kalau dari pusat inginnya 10-15 orang saja, kalau bisa segitu lebih baik lagi kan, agar bisa mengatur jarak dan lain sebagainya,” sebut Ganjar.

Selain melakukan lobi ke pemerintah pusat, pihaknya mengaku telah berkomunikasi dengan Bupati Klaten, sebagai pemangku wilayah. Disamping itu, pihaknya juga akan menelpon pengelola Taman Wisata Candi Prambanan, terkait jumlah peserta.

Ketua PHDI Jateng, Anak Agung Ketut Darmaja menambahkan, acara Tawur Agung di Prambanan tetap dilaksanakan. Hanya saja, mempertimbangkan kondisi wabah Covid-19, jumlah peserta memang harus dibatasi.

”Ritual tetap akan berjalan, namun seremonial tidak ada. PHDI Jateng mengikuti instruksi dari PHDI pusat, termasuk panitia Nyepi. Kemudian ikuti petunjuk Gubernur. Bahwasanya untuk ritual kita batasi orangnya, difokuskan pada pemimpin upacara, rohaniawan, yang menyiapkan sesaji dan perwakilan panitia,” tuturnya.

Ritual Inti

Terkait jumlah peserta ritual Tawur Agung, pihaknya tengah melakukan komunikasi dengan pihak Taman Wisata Candi. Dia berharap, jumlahnya tak lebih dari 200 orang. Pada kondisi normal, ritual itu bisa dihadiri puluhan ribu umat.

”Dengan jumlah 150-200 itu tak banyak, tempat duduk kita bisa atur sedemikian rupa. Untuk seremonial, mengundang menteri dan sebagainya tidak ada. Hanya acara ritual inti saja,” imbuh Darmaja.

Dia juga mengimbau, agar umat Hindu di Jateng, melakukan peribadatan di rumah. Jika di sekitar rumah terdapat Pura, Darmaja memperbolehkan melakukan persembahyangan di tempat itu.

”Kita anjurkan sembahyang di Pura yang terdekat. Kalau tidak ada Pura, ya sembahyang di rumah,” pungkas Darmaja.

Heri Priyono-Riyan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini