blank

Oleh : Budi Prihartini, S.Pd.SD, M.Pd.

blank
Budi Prihartini, S.Pd.SD,M.Pd.

Pemerintah Tiongkok dalam laporannya kepada World Health Organization (WHO) menyatakan kasus pertama yang didiagnosis sebagai akibat  virus Corona SARS-CoV-2 ditemukan pada tanggal 8 Desember 2019.

Sedangkan The Post menulis pernyataan terbatas pemerintahan China,  kemungkinan pasien pertama yang di kontak dengan virus ini adalah seorang pria berusia 55 tahun dari Provinsi Hubai pada tanggal 17 November tahun lalu.

Kemudian pada tanggal 15 Desember 2019 dirilis jumlah pasien di Wuhan tercatat  menjadi 27 orang dan kemudian diumumkan bahwa virus ini bisa menular dari orang ke orang pada tanggal 21 Januari 2020. Sebagai jenis penyakit baru COVID -19 menyebar dengan cepat kepenjuru dunia, setelah pada awal diketemukannya banyak yang menanggapi dengan santai.

Dengan cepat virus ini menyebar dan hari ini, Rabu 18 Maret  Kompas.com merilis, 152 negara didunia telah terpapar virus ini dengan korban meningal dunia mencapai 7.138  orang dan terinfeksi lebih dari 152.000 orang.

Di Indonesia, pasien corona baru diketahui publik tanggal 2 Maret 2020 saat Presiden Joko Widodo mengumumkan  dua warga Depok Jawa Barat, positif terpapar virus corona.

Sedangkan menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto sampai Selasa (18/3-2020) jumlahnya pasien positif corona telah mencapai 227 orang  dan   meninggal 19  orang serta 1.230 orang diperiksa terkait virus corona di 28 provinsi.

Salah satunya  yang menjadi perhatian adalah di Jawa Tengah. Gubernur Ganjar Pranowo Rabu (18/3-2020) menjelaskan di Jawa Tengah kasus Covid–19  telah mengakibatkan 3 orang meninggal dan 7 positif terpapar virus corona.

Tidak ingin peta penyebaran corona di Jawa Tengah meluas, Gubernur Jawa Tengah  Ganjar Pranowo melangkah cepat. Salah satunya adalah memutus mata rantai penyebaran corona melalui kontak langsung atau interaksi jarak dekat.

Pertama, diambil kebijakan meliburan siswa di semua jenjang sekolah untuk belajar mandiri dirumah sejak Senin 16 Maret  dan kedua mulai hari Rabu (18/3-2020 ) semua  pegawai dilingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah diliburkan dan bekerja dirumah, kecuali yang bekerja di bidang kesehatan. Terakhir Gubernur  Ganjar Pranowo menutup semua obyek wisata yang ada di Jawa Tengah.

Melalui kebijakan ini, diharapkan proses belajar mengajar dipindah dari kelas menjadi belajar mandiri dirumah dengan media pembelajaran yang ada. Tentu dengan peran dan bimbingan para  guru.

Karena itu sejak diedarkan surat kesiapansiagaan dan pencegahan corona virus disease (Covid-19) pada satuan pendidikan,   para guru harus dengan cepat merubah strategi dan metode pembelajaran. Agar peserta didik dapat  belajar efektif di rumah selama 14 hari. Juga orang tua harus proaktif dalam menanggapi kebijakan ini.

Untuk mencapai tujuan  tersebut diperlukan kesiapan lingkungan belajar yang mumpuni, terutama kesiapan lingkungan belajar di rumah. Sukirman (2016:16) menjelaskan hal yang diperlukan untuk menyiapkan lingkungan belajar anak di rumah antara lain mengajarkan anak kemandirian, mengajarkan anak tata krama, dan mendampingi anak belajar.

Sedangkan lingkungan belajar di sekolah, hal yang perlu dilakukan antara lain menjaga hubungan baik dengan pihak sekolah, mengenali program sekolah, dan silaturohmi dengan guru serta keterlibatan wali murid dalam   program sekolah.

Selain itu, lingkungan belajar di masyarakat juga mempengaruhi pendidikan anak-anak. Ketika ketiga lingkungan belajar berjalan sesuai fungsinya maka keberhasilan pembelajaran mandiri dapat terwujud. Keberhasilan pembelajaran mandiri di rumah sangatdipengaruhi oleh tiga faktor.

Pertama adalah guru. Namun realitanya  belum semua guru menguasai teknologi hingga belum bisa maksimal  memanfaatkan fitur atau layanan belajar daring yang dibuka secara gratis selama merebaknya virus corona ini. Penyebabnya bisa saja karena faktor usia serta pengalaman guru.

Namun guru tidak boleh  terus menerus  mengeluh tentang keterbatasan apalagi kemudian menyerah. Karena itu dalam keterbatasan, seorang guru tidak boleh  menyerah serta berusaha keras mengembangkan  ide agar pembelajaran tetap berjalan.

Salah satu inovasi dalam kondisi tersebut adalah dengan mengembangkan amplop pelajaran. Amplop pelajaran merupakan salah metode inovasi guru yang terkendala pada ketidaktersediaan gawai oleh orang tua siswa, maupun ketidakmampuan orang tua mendampingi belajar secara daring, Juga untuk mengatasi kekurang terampilan guru dalam penguasaan teknologi.

Jika amplop pelajaran ini menjadi pilihan, maka langkah-langkah implementasinya adalah sebagai berikut. 1. Siapkan materi ajar selama 14 hari, 2) buat tabel berisi uraian kegiatan dan tugas atau hasil yang diharapkan. Pada poin 2 ini menjadi ajang kreatifitas guru. Pengalaman belajar dapat ditemukan siswa pada kegiatan yang dipilih guru. Sehingga penerapan metode berbasis masalah ataupun proyek akan membantu siswa menemukan hal baru. Sebagai contoh,  pada pelajaran matematika kelas 5 SD tentang pengumpulan data,  peserta didik diminta membuat daftar pertanyaan tentang kegemaran orang tua dan saudaranya di rumah, membuat daftar masakan ibu, dan sebagainya.  3) siswa wajib mengembalikan amplop pada tanggal yang telah ditentukan.

Kedua;  orang tua menjadi faktor kesuksesan belajar mandiri.  Bagi orang tua yang dapat menggunakan gawai atau teknologi lain tentu akan baik-baik saja ketika pembelajaran beralih dari tatap muka ke daring. Ia bisa memilih materi ajar yang relavan.  Persoalannya adalah banyak  orang tua yang kurang terampil menggunakan gawai atau teknologi lain sebagai sarana belajar.

Sikap proaktif orang tua dan guru untuk saling berkomunikasi menjadi salah satu langkah bijak yang harus ditempuh untuk mengetahui materi ajar yang harus dipelajari oleh siswa. Bisa menggunakan WhatsApp, medsos, media komunikasi lain atau bahkan orang tua bisa bertemu langsung dengan guru dengan tetap menjaga jarak  saat berkomunikasi.

Pada belajar mandiri yang tujuannya juga untuk memutus penyebaran virus corona orang tua juga harus menanamkan disiplin terkait dengan kegiatan ini. Jangan melah menganggap 14 hari adalah waktu libur dan mengajak anak untuk jalan-jalan.

Menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan hand sanitezer, meningkatankan daya tahan tubuh anak  dan asupan gizi yang cukup juga harusmenjadi salah satu pusat perhatian orang tua.

Ketiga; anak atau peserta didik  menjadi faktor keberhasilan belajar mandiri. Ironisnya di era sekarang ini peserta didik belum semua memanfaatkan gawai untuk media belajar. Padahal keberadaan gawai  jika dimanfaatkan dengan baik untuk belajar akan memberikan pengetahuan yang luar biasa.

Akan tetapi, semua itu tidak terlepas dari arahan, bimbingan orang-orang dewasa di sekitarnya mulai orang tua, kakak, guru dan bahkan orang dewasa  yang ada disekitarnya.

Dalam kondisi seperti anak perlu diberikan motivasi dan edukasi tentang belajar mandiri, baik oleh guru maupun orang tua. Hingga mengerti bahwa waktu 14 hari ini bukanlah saat libur, tetapi belajar mandiri.

Mereka harus didorong untuk aktif dalam pembelajaran, memanfaatkan waktu dengan baik, sering berdiskusi dengan orang tua atau guru. Oleh karena itu, selama 14 hari peserta didik harus mampu mengontrol diri, disiplin, rajin belajar dan patuh untuk mengkarantina diri sendiri untuk mencegah penularan virus corona.

Dengan demikian apabila ketiga komponen tersebut berjalan senada, seirama maka balajr mandiri akan terwujud dengan sukses.

Selain itu, kondisi ini menjadi pengalaman berharga bagi kita untuk terus bersatu, bergotong royong memutus wabah virus corona dengan tetap memberikan pelayanan belajar secara maksimal, walaupun dalam kondisi yang terbatas. Salam sehat semangat.

Penulis adalah guru SD Negeri 4 Bucu, Kec.  Kembang, Kab. Jepara dan Pemenang I  Lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) Guru Pendidikan  Dasar Tingkat Nasional tahun 2017 Kategori Ilmu Pengetahuan Sosial, PKn dan Bahasa Indonesia  SD.