BLORA (SUARABARU.ID)– Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Diploma III Keperawatan Blora, saat ini terus mengembangkan kreativitas dan inovasi (krenova), untuk masyarakat di berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan yang mendapat respons positif masyarakat yakni, saat memberikan pelayanan cek gula darah, dan pemeriksaan tekanan darah gratis, di ajang Expo Blora 2019, dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-270 Kabupaten Blora.
BACA JUGA : Seorang Nenek Ditemukan Tewas Terlantar di Pasar
”Alhamdulillah, Prodi Keperawatan bisa ikut berperan mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas Ketua Program Studi D III Keperawatan Blora Poltekkes Kemenkes Semarang, Joni Siswanto, Senin (16/12/2019).
Menurutnya, kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ini, selain untuk menambah pengalaman, juga sebagai motivasi mahasiswa di ajang Blora Expo 2019, yang melibatkan banyak pihak.
Tidak hanya pelayanan gratis cek gula darah dan tekanan darah, di ajang itu juga menampilkan produk krenova, berupa sabun cuci dari minyak jelantah dan eco enzyme (pembersih alami serba guna) dari sampah organik.
Sabun Jelantah
Untuk Sabun jelantah dan ecoenzyme ini, dibuat oleh mahasiswa yang tergabung dalam Sabda Pala, yaitu mahasiswa yang tertarik dan berminat dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta lingkungan.
”Dua produk krenova ini akan terus kami kembangkan, semoga bisa bermanfaat,” tambah Joni Siswanto melalui Humas Prodi Keperawatan, Yuni Astuti.
Di Blora Expo 2019 ini, tercatat lebih dari 100 pengunjung melakukan pemeriksaan gula darah gratis, dan lebih dari 100 pengunjung masuk stan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi D III Keperawatan Blora, untuk sekadar melakukan cek tekanan darah.
Seperti diketahui, Blora Expo 2019 berlangsung selama tiga hari, Jumat-Minggu (13-15/12/2019) digelar di Jalan Pemuda, yang juga melibatkan semua OPD, perguruan tinggi, SMA/SMK, swasta, UMKM, dan 16 kecamatan di Blora.
Yuni Astuti menambahkan, kampus Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Blora, mendukung penuh upaya pemerintah dalam program mengurangi sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
”Bahkan minyak jelantah, yang selama ini hanya dibuang begitu saja, selain mencemari lingkungan, berdampak membuat tanah menjadi tidak subur. Namun di tangan mahasiwa Prodi Keperawatan dan arahan dari dosen pembimbing, minyak jelantah bisa diolah menjadi sabun cuci,” jelasnya Yuni lagi.
Sedangkan Eco enzyme, lanjut dia, merupakan pembersih alami yang terbuat dari campuran kulit buah, air dan gula yang difermentasikan selama tiga bulan di dalam wadah yang tertutup rapat.
Untuk menghindari terjadinya ledakan akibat gas yang diproduksi selama proses fermentasi, tutup wadah yang digunakan harus dibuka, dan ditutup kembali, setidaknya dua kali dalam sehari.
”Pembersih alami ini, bisa digunakan untuk mencuci piring, membersihkan lantai rumah, lantai kamar mandi, kaca, furnitur, dan bisa untuk merendam pakaian yang kotor sebelum dicuci,” pungkas Yuni Astuti.
Wahono/Riyan