blank
KH Abdul Azies Mahfuf berpulang dalam usia 63 tahun. Almarhum merupakan tokoh pendiri dan pengasuh Ponpes Mambaul Hikmah di Dusun Kalikatir, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – KH Abdul Aziz Mahfuf, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonogiri berpulang. Selama ini, dia dikenal pula sebagai tokoh pendiri dan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Hikmah, di Dusun Kalikatir, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.

Tokoh Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Wonogiri periode 2014-2019 ini, wafat pada Jumat dinihari (10/5) pukul 00.30. ”Segenap pengurus dan keluarga besar Yayasan Miftahul Hasan Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, menyampaikan ucapan Innaalillahi wainaailaihiroojiun, dan ikut berduka cita atas berpulangnya Romo KH Abdul Aziz Mahfuf,” tandas Ustadz Mursyidi Muhamad yang juga menjabat sebagai Humas Kementerian Agaman (Kemenag) Kabupaten Wonogiri, sembari menyampaikan ucapan semoga husnul khotimah, diampuni segala dosa-dosanya dan dengan kasih sayang Allah yg sempurna, Alamarhum menjadi ahli surga-Nya, Aamiin.

Kabar duka telah wafatnya KH Aziez, telah disampaikan oleh adik almarhum, KH Abdul Chanan Mahfuf, melalui jaringan internet NU Online Jumat dinihari (10/5) pukul 02.17. Pengasuh Ponpes Mambaul Hikmah ini, sejak muda merupakan aktivis NU. Di tanah kelahirannya, Cirebon, Ustadz Aziez pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor pada tahun 1975-1980. Jenazah almarhum dikebumikan hari ini bakda salat Jumat, di kediamannya komplek Ponpes Mambaul Hikmah, Jalan Raya Solo-Wonogiri KM 25, Kalikatir, Nambangan, Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Kiai Aziez merupakan tokoh yang berpengaruh besar dalam upaya pembangunan masyarakat dan agama di kampung halamannya, Cirebon, maupun di Wonogiri sebagai tempat tinggalnya selama seperempat abad terakhir ini atau hingga wafatnya. Dalam lembar surat lelayu yang dituliskan dengan bahasa Jawa krama alus, almarhum disebutkan wafat pada usia 63 tahun. Tertulis yang berduka adalah Hj Mahmudah Zubaidi (istri), H Ahmad Ridho Murtadlo (anak), Siti Masitoh (menantu), berikut para cucu (5 orang), para santri Ponpes Mambaul Hikmah dan warga masyarakat Kalikatir.

Berdirinya Ponpes Mambaul Hikmah yang dia asuh, bermula dari diwakafkannya sebidang tanah seluas 113 Meter Persegi (M2) oleh H Sukirno, ketika Ustadz Abdul Aziez saat itu berusia 36 tahun, dan memutuskan meninggalkan aktivitas dakwahnya di Cirebon, untuk kemudian menetap di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Pada Tahun 1994, Ustadz Abdul Aziez mulai bermukim di dekat masjid Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Kehadirannya diterima dengan baik oleh masyarakat, sehingga Ustadz Abdul Aziez mengajak teman sesama alumni Pondok Pesantren di Cirebon untuk bersama-sama berdakwah dan mengajarkan ajaran agama Islam di Kalikatir Desa Nambangan tersebut.

Dulu di hampir setiap Ponpes menggelar milad, selalu ditandai dengan beragam kegiatan keagamaan, termasuk permainan sepak bola api oleh para santri. Di Ponpes ini, Tim ‘Suara Merdeka’ dari Semarang, pernah menggelar pesantren kilat Ramadan, dengan agenda memberikan pendidikan jurnalistik kepada para santri. Semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai tokoh yang santun dan mudah akrab dengan siapa pun. Petuah-petuahnya menyejukkan. KH Aziez, ringan memberikan solusi terhadap para tamu yang meminta ‘pepadhang’ (pencerahan), berkaitan dengan lilitan problem kehidupannya. Termasuk ketika banyak bermunculan masjid di satu kampung, dan harus memilihkan masjid mana yang layak untuk sembahyang Jumat berjamaah.

suarabaru.id/bp