blank
Panitia Ta'sis Menara Kudus, Abdul Jalil saat menunjukkan gentong yang akan digunakan untuk menyatukan air dari 50 mata air di Kudus. foto: Suarabaru.id

KUDUS – Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM2SK) akan menggelar sebuah acara kolosal untuk memperingati Ta’sis (hari jadi) Menara Kudus yang diyakini jatuh pada 19 Rajab atau bertepatan dengan 25 Maret mendatang. Peringatan yang digelar tahun ini akan mengambil tema dari sebuah mitologi Menara Kudus yakni tentang ‘banyu panguripan’.

Dari rangkaian acara yang akan digelar, yang cukup menarik adalah digelarnya tradisi penyatuan air dari 50 sumber mata air yang ada di Kudus. Air sumber tersebut akan disatukan dan nanti akan dibagi-bagikan ke warga.

Panitia acara, Abdul Jalil membenarkan tema ‘banyu panguripan’ memang diangkat dari mitologi adanya sumur di bawah bangunan Menara Kudus yang konon memiliki khasiat. Namun lebih dari itu, filosofis khasiat air ini lebih didasarkan pada nash-nash Alquran.

“Air, sebagaimana yang ada dalam setiap term kebudayaan, agama, maupun sains merupakan sebuah simbol untuk menggambarkan kehidupan. Bahkan di dalam Al-Quran (Q.S. Fussilat; 39) disebutkan bahwa bumi yang kering dan tandus jika disiram oleh air maka akan menjadi hidup,” tambahnya.

Dikatakan pula, air merupakan sebuah instrumen untuk menghidupkan segala sesuatu yang mati atau menyegarkan sesuatu yang kering. Instrumen inilah yang menjadi simbol penghubung antara manusia dan Tuhan. Air juga digunakan untuk membasahi jiwa-jiwa dari kekeringan iman.

Air dari 50 sumber tersebut akan disatukan dalam sebuah ritual yang diiringi dengan khataman Alquran sebanyak 19 kali. Nantinya, air tersebut bisa dinikmati masyarakat umum yang datang di acara.

“Lebih dari itu, ritual ini akan pula kami jadikan simbol mengembalikan asal muasal Kudus yang berpusat di Menara,” katanya.

Sementara, Ketua YM2SK, Em Nadjib Hasan menyatakan peringatan Ta’sis Menara Kudus ini nanti akan menjadi agenda tahunan selain prosesi Buka Luwur yang digelar setiap bulan Muharram. Ta’sis atau proses berdirinya Menara Kudus, ditunjukkan melalui artefak candra sengkala yang ada di dalam masjid yang disimpulkan jatuh pada 19 Rajab tahun 956 H.

Menurutnya, peristiwa ini penting mengingat berdirinya Menara Kudus dinilai sebagai peristiwa penting bagi keberadaan Kabupaten Kudus. Sebab, keberadaan Menara Kudus diakui juga menjadi simbol eksistensi wilayah Kudus.

“Di atas artefak menara dan ajaran-ajaran Sunan Kudus yang membentuk keberagamaan toleransi di Kota Kudus, ” katanya.

Selain ritual penyatuan ‘banyu panguripan’ di rangkaian acara Ta’sis Menara Kudus juga akan digelar beragam acara seperti terbangan kolosal, hingga ‘pasamuhan’ yang akan dihadiri KH Musthofa Bisri, Sasrtawan Sosiawan Leak  dan penyair dari Malaysia.

Suarabaru.id/Tm